Fikes.Umsida.ac.id – Kabar membanggakan datang dari Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida). Dosen Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Fikes Umsida), Dr. Umi Khoirun Nisak SKM M Epid berhasil lolos pendanaan Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) RISTEKDIKTI tahun 2025 melalui skema Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Wilayah dan Kewirausahaan.
Program ini mengusung judul “Penguatan Ketahanan Pangan Keluarga Berbasis Pangan Lokal dalam Rangka Pencegahan Stunting 1000 HPK di Desa Binaan Balungtawun, Kabupaten Lamongan”.
“Pengabdian ini lahir dari kebutuhan nyata masyarakat. Kami ingin menghadirkan solusi berbasis potensi lokal, dengan fokus pada pangan bergizi dan teknologi digital sebagai alat pemantauan,” jelas Dr. Umi.
Latar Belakang Masalah Kesehatan di Desa Balungtawun

Desa Balungtawun di Kabupaten Lamongan merupakan salah satu desa binaan hasil kolaborasi antara Umsida dan Universitas Muhammadiyah Lamongan (UMLA).
Riset lapangan menunjukkan adanya persoalan serius, yakni tingginya prevalensi anemia pada remaja putri serta stunting pada balita. Kondisi ini diperparah dengan keterbatasan kapasitas mitra utama, yaitu Posyandu Remaja dan PKK Desa.
Menurut Dr. Umi, “Posyandu Remaja belum optimal dalam memberikan edukasi gizi dan kesehatan reproduksi, sementara PKK masih minim program ekonomi produktif yang terintegrasi dengan penurunan stunting.”
Hal ini menyebabkan berbagai program kesehatan masyarakat yang berjalan belum mampu menekan angka stunting secara signifikan.
Stunting, yang terjadi pada periode seribu hari pertama kehidupan (1000 HPK), bukan hanya berdampak pada pertumbuhan fisik anak, tetapi juga perkembangan kognitifnya.
Karena itu, intervensi harus dilakukan secara holistik, mulai dari penguatan gizi remaja putri, pemenuhan pangan bergizi keluarga, hingga pemberdayaan ekonomi berbasis lokal. Desa Balungtawun dipilih karena memiliki potensi pangan lokal yang melimpah, namun belum dimaksimalkan sebagai bagian dari strategi pencegahan stunting.
Strategi dan Inovasi Program Pengabdian Inovasi Pangan Lokal dan Digitalisasi
Program yang diinisiasi Dr. Umi menitikberatkan pada dua pendekatan utama: penguatan sistem pemantauan gizi berbasis digital dan pemberdayaan ekonomi keluarga melalui pasar gizi mingguan.
Pertama, penguatan sistem pemantauan gizi dilakukan melalui pengembangan Aplikasi Kohort Remaja Mobile. Aplikasi ini memungkinkan pencatatan indikator gizi remaja, seperti berat badan, tinggi badan, kadar hemoglobin, serta catatan menstruasi.
“Aplikasi ini terkoneksi dengan dashboard desa, puskesmas, dan keluarga untuk mempercepat intervensi dini,” ujar Dr. Umi. Dengan teknologi ini, data gizi tidak hanya tercatat, tetapi juga bisa segera ditindaklanjuti jika ada kondisi yang mengkhawatirkan.
Kedua, pemberdayaan ekonomi keluarga balita diwujudkan melalui Pasar Gizi Mingguan yang dikelola oleh ibu-ibu PKK. Pasar ini tidak hanya menjual pangan lokal bergizi, tetapi juga menyediakan “Pojok Edu Gizi” sebagai sarana edukasi masyarakat.
Dalam pasar tersebut, ibu-ibu PKK juga diberikan pelatihan manajemen usaha, pencatatan keuangan, hingga bantuan peralatan produksi. “Kami ingin program ini tidak hanya menyentuh kesehatan, tetapi juga memperkuat ekonomi keluarga sebagai basis ketahanan pangan,” tambah Dr. Umi.
Kedua strategi ini saling melengkapi: digitalisasi mendukung pemantauan kesehatan, sementara pemberdayaan ekonomi memperkuat kemandirian keluarga dalam memenuhi kebutuhan gizi anak.
Tantangan, Harapan, dan Dampak Lebih Luas
Meski telah disusun dengan strategi matang, Dr. Umi mengakui tantangan terbesar adalah implementasi di lapangan. “Menjaga partisipasi aktif masyarakat adalah pekerjaan rumah yang paling besar,” katanya.
Masyarakat yang sibuk dengan aktivitas sehari-hari sering kali kurang konsisten dalam mengikuti program kesehatan. Namun, keberhasilan meraih pendanaan DRTPM menjadi energi baru untuk memastikan keberlanjutan program.
Program ini diharapkan berdampak tidak hanya di Desa Balungtawun, tetapi juga menjadi model desa sehat dan mandiri yang dapat direplikasi di daerah lain.
Kolaborasi antara perguruan tinggi, pemerintah desa, dan masyarakat menjadikan pendekatan ini berbeda dari intervensi medis semata. “Program ini mendukung capaian SDGs poin 2, 3, dan 8, sekaligus menguatkan Indikator Kinerja Utama (IKU) perguruan tinggi,” tegas Dr. Umi.
Selain itu, Dr. Umi berharap mahasiswa DIV Manajemen Informasi Kesehatan Umsida dapat terlibat aktif. “Kami berharap mahasiswa juga ikut mengembangkan program ini agar terbentuk kader muda yang peduli isu kesehatan masyarakat,” ungkapnya. Keterlibatan mahasiswa akan memperkuat transfer ilmu sekaligus memberi pengalaman nyata dalam pemberdayaan masyarakat.
Dengan demikian, program ini bukan hanya sekadar pengabdian, melainkan gerakan sosial-ekonomi berkelanjutan di akar rumput. Integrasi antara pangan lokal, teknologi digital, dan pemberdayaan ekonomi keluarga menjadikan strategi pencegahan stunting lebih komprehensif.
Baca Juga: 100% Kompeten! Mahasiswa MIK Umsida Sukses Tembus UKOMNAS CBT dengan Persiapan Matang
Program pengabdian Dr. Umi Khoirun Nisak dari FIKES Umsida menghadirkan inovasi nyata dalam upaya pencegahan stunting berbasis pangan lokal dan digitalisasi.
Melalui aplikasi pemantauan gizi remaja dan pasar gizi mingguan, masyarakat Desa Balungtawun dibekali solusi praktis sekaligus berkelanjutan.
“Program ini tidak hanya berdampak pada penurunan stunting, tetapi juga memperkuat ekonomi keluarga dan membangun desa yang sehat serta mandiri,” simpul Dr. Umi.
Dengan dukungan DRTPM, Umsida membuktikan komitmennya dalam menghadirkan pengabdian masyarakat yang inovatif, relevan, dan berorientasi pada keberlanjutan.
Sumber: Umi Khoirun Nisak
Penulis: Novia