Fikes.umsida.ac.id – Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) kembali menunjukkan komitmennya terhadap isu kemanusiaan melalui keterlibatan dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES).
Dr Umi Khoirun Nisak SKM MEpid, diberangkatkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk menjadi relawan dalam penanganan bencana banjir dan longsor yang melanda Aceh.
Penugasan ini dilakukan dalam kondisi tanggap darurat, di tengah tantangan besar seperti keterbatasan.
Dalam segi fasilitas kesehatan, akses logistik yang sulit dan risiko penyebaran penyakit di lokasi pengungsian.
Sebagai tenaga kesehatan Dr Umi memiliki peran penting dalam mendeteksi potensi wabah dan memonitor perkembangan kesehatan di wilayah terdampak.
“Rabu malam pendataan, Kamis pagi sudah ada undangan grup, Kamis siang langsung meeting Zoom untuk persiapan. Jumat seharusnya berangkat, tapi karena kendala penerbangan akhirnya baru bisa berangkat hari Ahad (21/12/2025),” ungkapnya menjelaskan proses cepat perekrutan relawan.
Tantangan di Lapangan: Keterbatasan Fasilitas Kesehatan

Sesampainya di Aceh, beliau menggambarkan tantangan besar yang dihadapi di lapangan.
Selain perjalanan yang panjang, kondisi fasilitas kesehatan di wilayah terdampak bencana sangat memprihatinkan.
Puskesmas induk belum dapat melayani pasien karena tertutup lumpur setinggi satu meter akibat banjir.
Selain itu, akses air bersih sangat terbatas dan warga serta relawan harus mengandalkan air sumur dan sungai yang tercemar.
Jembatan yang rusak dan jalur alternatif yang terbatas memperburuk akses transportasi, sementara ambulans tidak dapat digunakan.
Meskipun demikian Dr Umi dan tim relawan terus melayani masyarakat melalui posko pengungsian dan layanan mobile, dengan jumlah pasien yang mencapai ratusan setiap harinya.
“Ternyata setelah menempuh perjalanan udara yang cukup lama, masih ada lagi perjalanan darat yang tak kalah lama dan jauhnya. Apalagi jembatan di sini banyak yang putus,” katanya menggambarkan kondisi di lapangan.
Komitmen Kemitraan Umsida dalam Penanggulangan Bencana

Bagi Dr Umi, keikutsertaan dalam penanganan bencana ini adalah panggilan hati.
Ia merasa bertanggung jawab untuk menggunakan keilmuannya guna memberikan kontribusi dalam mencegah penyebaran penyakit di tengah kondisi darurat.
“Keikutsertaan ini murni panggilan hati. Karena relawan memang panggilan hati,” ujarnya.
Cek Selengkapnya: Intervensi Gizi di Desa Sukosari Makanan Tambahan sebagai Senjata Melawan Stunting
Ia juga menegaskan bahwa keterlibatan dosen Umsida dalam bencana ini mencerminkan peran penting institusi dalam memberikan bantuan pada saat-saat kritis.
“Harapannya, kehadiran saya bisa membantu masyarakat Aceh sesuai dengan keilmuan saya,” pungkas Dr. Umi.
Penulis: Romadhona S.























