Fikes.umsida.ac.id – Kaku, nyeri, dan kesemutan di pergelangan tangan merupakan gejala umum Carpal Tunnel Syndrome (CTS), gangguan saraf akibat tekanan berulang di area pergelangan tangan. Penelitian salah satu Dosen Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) menemukan bahwa Active Therapy atau latihan aktif terbukti efektif meningkatkan kelenturan sendi dan memperbaiki fungsi tangan pasien CTS setelah enam kali terapi.
Baca Juga: Implikasi Klinis Modalitas Fisioterapi untuk Tangani Low Back Pain dengan Lebih Efektif
“Latihan aktif mampu meningkatkan lingkup gerak sendi melalui mekanisme kontraksi dan relaksasi otot, sehingga pergerakan tidak mengalami kekakuan,” jelas tim peneliti dalam laporan penelitian mereka .
Gerakan Sederhana yang Memberi Perubahan Nyata

Carpal Tunnel Syndrome disebabkan oleh penyempitan pada terowongan karpal yang menekan nervus medianus, saraf penting yang mengontrol sensasi dan gerakan tangan. Kondisi ini sering ditemukan pada wanita usia 40–60 tahun dan umumnya terjadi secara bilateral.
Pasien biasanya mengeluhkan nyeri, rasa kebas, dan sensasi seperti tersengat listrik di area tangan.
Dalam penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan, tim fisioterapi menggunakan Active Therapy sebagai bagian dari intervensi terhadap pasien CTS.
Latihan ini melibatkan gerakan aktif mandiri yang dilakukan tanpa bantuan alat atau terapis, melainkan dengan kontraksi otot pasien sendiri.
“Active Therapy dilakukan agar pasien dapat menggerakkan tangan secara mandiri dan melatih kekuatan otot penggerak sendi,” ungkap peneliti .
Melalui kontraksi dan relaksasi otot yang berulang, latihan ini membantu menjaga kelenturan sendi serta mencegah terjadinya kekakuan.
Hasil evaluasi setelah enam kali terapi menunjukkan peningkatan yang signifikan pada lingkup gerak sendi (LGS)** pergelangan tangan pasien, dari S = 50°–0°–45° menjadi S = 75°–0°–75°.
Peningkatan tersebut menandakan bahwa pasien mengalami pemulihan fungsi tangan yang lebih baik.
“Latihan aktif yang dilakukan secara teratur membantu memperbaiki kontraksi otot dan mempertahankan mobilitas sendi, sehingga aktivitas harian pasien menjadi lebih mudah dilakukan,” tulis peneliti dalam pembahasan hasil penelitian .
Mekanisme Fisiologis di Balik Active Therapy
Secara fisiologis, Active Therapy bekerja dengan meningkatkan sirkulasi darah ke jaringan otot dan sendi, memperbaiki suplai oksigen, dan mempercepat pengangkutan zat sisa metabolisme.
Gerakan aktif juga merangsang pelepasan cairan sinovial di sendi, yang berfungsi sebagai pelumas alami.
Ketika pasien melakukan latihan fleksi dan ekstensi pada pergelangan tangan, otot bekerja melawan gravitasi dan gaya tahan tubuh. Proses ini melatih kekuatan otot, memperbaiki koordinasi gerak, dan meningkatkan kontrol motorik halus.
Dalam penelitian, pasien diminta melakukan latihan aktif ringan secara bertahap di bawah pengawasan fisioterapis untuk memastikan gerakan dilakukan dengan benar.
“Setelah enam kali terapi, pasien menunjukkan peningkatan elastisitas jaringan dan merasa lebih leluasa menggerakkan tangan,” terang salah satu anggota tim penelitian .
Hasil ini sejalan dengan studi Kisner (2015) yang dikutip oleh peneliti, bahwa latihan aktif berkontribusi pada peningkatan kelenturan dan penguatan otot penggerak sendi, serta memperluas lingkup gerak sendi secara signifikan.
Ketika otot dalam kondisi rileks, tekanan pada saraf medianus berkurang, sehingga nyeri pun menurun.
Penelitian ini juga menegaskan bahwa latihan aktif merupakan metode terapi yang non-invasif, aman, dan ekonomis untuk meningkatkan fungsi tangan pasien CTS.
Selain memperbaiki gerak sendi, Active Therapy juga membantu mencegah atrofi otot akibat imobilisasi jangka panjang.
Dampak Klinis dan Rekomendasi Terapi
Manfaat terapi latihan aktif tidak hanya dirasakan pada tingkat fungsional, tetapi juga memiliki implikasi klinis yang luas dalam penanganan fisioterapi bagi pasien CTS.
Latihan aktif membantu mempercepat proses rehabilitasi tanpa menimbulkan efek samping.
“Setelah dilakukan enam kali terapi, pasien mampu melakukan aktivitas ringan seperti menggenggam, menulis, dan mengetik dengan lebih baik,” ungkap tim peneliti .
Perbaikan ini membuktikan bahwa terapi aktif dapat diintegrasikan sebagai bagian dari protokol fisioterapi rutin pada pasien CTS.
Selain itu, latihan aktif dapat dilakukan di rumah dengan panduan sederhana dari fisioterapis, menjadikannya terapi berkelanjutan yang mudah diakses pasien.
Dengan demikian, Active Therapy berperan penting dalam mendukung kemandirian pasien selama masa pemulihan.
Dari sisi pelayanan fisioterapi, hasil penelitian ini memperkuat bukti bahwa pendekatan berbasis latihan aktif efektif dalam meningkatkan fungsi biomekanik tangan dan kualitas hidup pasien.
Pendekatan ini juga menekankan pentingnya edukasi pasien tentang cara melakukan gerakan yang benar agar hasil terapi optimal.
Baca Juga: Rekomendasi Ilmiah Teknik Mobilisasi Saraf Jadi Solusi Konservatif untuk CTS
Penelitian yang dilakukan oleh tim fisioterapi Universitas Muhammadiyah Lamongan menunjukkan bahwa Active Therapy memiliki peran penting dalam meningkatkan lingkup gerak sendi pada pasien Carpal Tunnel Syndrome (CTS).
Setelah enam kali terapi, terjadi peningkatan signifikan dari S = 50°–0°–45° menjadi S = 75°–0°–75°, disertai dengan perbaikan fungsi tangan dan penurunan keluhan nyeri.
“Latihan aktif menjadi solusi fisioterapi yang sederhana namun berdampak besar bagi pasien CTS, karena mampu meningkatkan mobilitas tanpa intervensi invasif,” tegas Okky Zubairi Abdillah selaku peneliti utama .
Dengan hasil yang signifikan dan penerapan yang mudah, Active Therapy dapat dijadikan modalitas utama dalam program fisioterapi untuk pasien dengan gangguan tangan akibat CTS.
Pendekatan ini sekaligus menegaskan komitmen dunia fisioterapi Indonesia dalam mengembangkan layanan berbasis bukti (evidence-based physiotherapy) yang aman, efisien, dan berorientasi pada pemulihan fungsi pasien.
Sumber: Okky Zubairi
Penulis: Novia