Fikes.Umsida.ac.id– Rendahnya kunjungan orang tua ke Posyandu setelah anak menyelesaikan imunisasi dasar menjadi perhatian serius. Penelitian terbaru Program Studi Kebidanan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) menemukan bahwa persepsi manfaat (perceived benefits) adalah faktor dominan yang menentukan partisipasi orang tua.
“Semakin tinggi pemahaman orang tua tentang manfaat Posyandu, semakin besar pula kecenderungan mereka untuk hadir secara rutin,” ungkap peneliti.
Posyandu dan Tantangan Partisipasi Orang Tua

Posyandu telah lama menjadi ujung tombak layanan kesehatan berbasis masyarakat. Mulai dari imunisasi, pemantauan gizi, pemberian vitamin, hingga edukasi kesehatan dilakukan secara berkesinambungan.
Namun, riset ini mengungkapkan fakta bahwa kunjungan orang tua menurun drastis setelah anak melewati usia enam bulan. Data tahun 2023 menunjukkan cakupan imunisasi dasar lengkap di Pasuruan baru mencapai 53,72 persen.
“Sebagian besar orang tua hanya aktif ketika anak masih bayi, terutama pada fase imunisasi dasar. Setelah itu, intensitas kunjungan mulai berkurang,” jelas tim peneliti.
Padahal, Posyandu tidak hanya penting untuk imunisasi, melainkan juga untuk memastikan tumbuh kembang balita tetap terpantau. Kondisi ini mencerminkan masih adanya kesenjangan pemahaman di masyarakat tentang peran Posyandu pasca-imunisasi dasar.
Faktor pendidikan dan ekonomi turut memengaruhi tingkat partisipasi. Riset mencatat bahwa keluarga dengan tingkat pendidikan lebih tinggi dan kondisi ekonomi lebih baik cenderung lebih rutin memanfaatkan layanan Posyandu.
Hal ini memperkuat argumen bahwa partisipasi tidak hanya terkait akses, tetapi juga dengan kesadaran dan persepsi manfaat layanan kesehatan.
Persepsi Manfaat Imunisasi sebagai Faktor Dominan
Dari enam variabel Health Belief Model (HBM) yang diuji, hanya persepsi manfaat yang terbukti signifikan berhubungan dengan keaktifan orang tua.
Analisis statistik menunjukkan nilai p = 0,027 dengan korelasi positif meskipun dalam kategori lemah (r = 0,283). “Artinya, semakin tinggi persepsi manfaat yang dirasakan, semakin besar peluang orang tua hadir ke Posyandu,” terang peneliti.
Lebih dari setengah responden (57,4 persen) memiliki persepsi manfaat tinggi terhadap Posyandu. Mereka menilai layanan ini sangat penting untuk imunisasi lanjutan, pemantauan tumbuh kembang, dan pemberian vitamin A.
Namun, masih ada 36,1 persen responden dengan persepsi rendah, yang menandakan sebagian orang tua belum benar-benar memahami fungsi strategis Posyandu setelah imunisasi dasar selesai.
Temuan ini sejalan dengan teori HBM yang dikemukakan Rosenstock (1974) bahwa persepsi manfaat adalah faktor kunci dalam mendorong perilaku kesehatan preventif. “Kesadaran orang tua bahwa Posyandu mampu memberikan manfaat nyata bagi kesehatan anak akan menjadi motivasi kuat untuk hadir secara konsisten,” tambah peneliti.
Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa faktor lain seperti kerentanan (susceptibility), tingkat keparahan (severity), hambatan (barriers), isyarat tindakan (cues to action), maupun efikasi diri (self-efficacy) tidak berpengaruh signifikan terhadap partisipasi. Hal ini semakin menegaskan pentingnya menekankan manfaat konkret Posyandu dalam strategi peningkatan partisipasi masyarakat.
Strategi Meningkatkan Partisipasi melalui Edukasi Manfaat
Berdasarkan hasil riset, langkah yang paling mendesak adalah memperkuat pemahaman orang tua tentang manfaat Posyandu. “Upaya edukasi harus lebih menekankan pada pentingnya pemantauan tumbuh kembang anak setelah imunisasi dasar selesai,” ujar peneliti.
Edukasi ini bisa dilakukan melalui penyuluhan langsung oleh kader, media digital, maupun program kampanye komunitas.
Strategi lain adalah memberikan pengalaman positif di Posyandu. Misalnya, menghadirkan area ramah anak, menyediakan layanan tambahan seperti konseling gizi atau psikologi perkembangan, serta memastikan fasilitas selalu tersedia. Dengan begitu, orang tua akan merasakan manfaat nyata dan terdorong untuk datang kembali.
Pemanfaatan teknologi juga bisa menjadi terobosan. Digitalisasi monitoring melalui aplikasi atau SMS reminder dapat menjadi pengingat rutin bagi orang tua.
“Ketika orang tua menerima pesan otomatis tentang jadwal Posyandu, peluang kehadiran mereka akan meningkat,” jelas peneliti.
Dengan memfokuskan intervensi pada persepsi manfaat, diharapkan Posyandu tidak hanya dipandang sebagai tempat imunisasi, tetapi sebagai pusat layanan kesehatan anak yang komprehensif.
Hal ini akan memperkuat citra Posyandu sekaligus mendukung misi pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak.
Baca Juga: Manajemen Nyeri Postpartum Lebih Efektif Berkat Health Science Seminar Fikes Umsida
Riset Program Studi Kebidanan Umsida menegaskan bahwa persepsi manfaat adalah faktor dominan yang menentukan partisipasi orang tua di Posyandu pasca-imunisasi dasar.
“Meningkatkan kesadaran tentang manfaat konkret Posyandu merupakan kunci untuk mendorong keterlibatan orang tua secara berkelanjutan,” simpul peneliti.
Oleh karena itu, strategi branding Posyandu harus berfokus pada edukasi manfaat, pengalaman layanan yang menyenangkan, dan inovasi digital. Dengan demikian, Posyandu akan tetap menjadi pilihan utama masyarakat dalam menjaga kesehatan dan tumbuh kembang anak secara berkesinambungan.
Sumber: Evi Rinata
Penulis: Novia