Fikes.Umsida.ac.id- Program Studi S1 Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) kembali menggelar Seminar Ilmiah Fisioterapi (SEMIFIS), agenda tahunan Fisioterapi Umsida yang berlangsung tepatnya pada Sabtu, (09/08/2025) melalui Zoom Meeting.
Kali ini, kegiatan tersebut mengusung tema “Building the Basics: The Critical Role of Clinical Reasoning in Physiotherapy,” yang bertujuan untuk memperkuat kemampuan berpikir kritis dan pengambilan keputusan klinis mahasiswa fisioterapi sejak dini.
Kegiatan ini tidak hanya melibatkan dosen dan mahasiswa, tetapi juga tenaga kependidikan, serta menghadirkan narasumber ahli di bidangnya. Okky Zubairy S Fis M KKK, Kaprodi Fisioterapi Umsida, berharap SEMIFIS menjadi sarana strategis dalam membekali mahasiswa dengan keterampilan berpikir kritis yang sangat penting di dunia kesehatan modern.
SEMIFIS 2025: Memperkenalkan Konsep Clinical Reasoning pada Mahasiswa Fisioterapi
Pada SEMIFIS 2025, mahasiswa dan dosen Prodi S1 Fisioterapi UMSIDA mendapatkan pemahaman mendalam tentang clinical reasoning, sebuah konsep dasar yang menjadi inti dari praktik fisioterapi yang efektif.
Soffil Yudha Mulyadi Ftr M Kes, pemateri pertama, menjelaskan bahwa clinical reasoning adalah kemampuan berpikir kritis yang harus dibangun sejak awal pendidikan. “Kemampuan ini harus dibangun sejak awal pendidikan agar mahasiswa dapat mengambil keputusan klinis yang tepat dan aman bagi pasien,” ujar Soffil Yudha Mulyadi.
Menurutnya, clinical reasoning adalah fondasi keterampilan profesional yang menentukan kualitas layanan fisioterapi. Dengan mengembangkan kemampuan ini, mahasiswa akan mampu menganalisis masalah klinis secara efektif, memberikan penanganan yang berbasis bukti, dan memastikan keselamatan pasien. Di dunia yang terus berkembang, keterampilan ini menjadi salah satu komponen kunci dalam pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Mengatasi Tantangan dalam Penerapan Clinical Reasoning di Lapangan
Setelah pemaparan teori oleh Soffil Yudha Mulyadi, selanjutnya Dimas Sondang Irawan S Ft Ph D, pemateri kedua, yang membahas penerapan clinical reasoning di lapangan melalui studi kasus nyata. Dimas Sondang Irawan mengungkapkan bahwa penerapan clinical reasoning dalam praktik fisioterapi tidak selalu berjalan mulus. “Tantangan utama yang dihadapi dalam praktik adalah keterbatasan data, variabilitas pasien, dan tekanan waktu,” jelasnya.
Dalam menghadapi tantangan tersebut, refleksi dan evaluasi berkelanjutan menjadi strategi utama. Dimas menekankan pentingnya refleksi dalam setiap tindakan yang diambil oleh fisioterapis, baik pada proses diagnosis maupun penatalaksanaan. Menurutnya, peningkatan keterampilan berpikir kritis melalui refleksi dapat membantu mahasiswa dan praktisi fisioterapi untuk meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan dalam situasi yang kompleks.
Melalui studi kasus nyata yang dibahas, peserta seminar bisa memahami secara langsung bagaimana clinical reasoning diterapkan di lapangan untuk mengatasi masalah kesehatan pasien. Penerapan konsep ini adalah langkah penting dalam menciptakan fisioterapis yang kompeten dan profesional.
Tantangan dan Harapan untuk SEMIFIS ke Depan
SEMIFIS 2025 sukses meningkatkan kesadaran tentang pentingnya clinical reasoning dalam fisioterapi, namun, tidak lepas dari tantangan dalam pelaksanaannya. Salah satu tantangan terbesar adalah menyelaraskan jadwal kegiatan dengan ketersediaan narasumber dan peserta.
Selain itu, kegiatan yang membahas materi yang cukup kompleks ini harus mengelola waktu dengan bijaksana agar materi bisa tersampaikan secara efektif. “Mengelola waktu untuk menyampaikan materi yang sangat komprehensif menjadi tantangan tersendiri bagi kami,” kata Okky Zubairy.
Namun, meskipun ada tantangan, SEMIFIS tetap menjadi kegiatan penting bagi mahasiswa dan dosen Prodi S1 Fisioterapi. Okky Zubairy berharap agar kegiatan ini bisa terus berkembang menjadi forum yang lebih luas, melibatkan lebih banyak mahasiswa dan praktisi fisioterapi dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
“Harapan akhirnya adalah lulusan fisioterapi UMSIDA mampu menjadi tenaga profesional yang kompeten, adaptif, berintegritas, dan siap menghadapi tantangan dunia kesehatan modern,” pungkas Okky Zubairy.
Dengan semangat kolaborasi dan pembelajaran berkelanjutan, SEMIFIS menjadi strategi penting dalam mempersiapkan mahasiswa untuk menjadi fisioterapis yang tidak hanya terampil secara teknis, tetapi juga mampu membuat keputusan klinis berbasis bukti yang berdampak positif bagi kesehatan masyarakat.
Baca Juga: Tetap Aktif di Usia Senja, Rahasia Aktivitas Fisik yang Menambah Bahagia dan Sehatnya Lansia
Kegiatan SEMIFIS 2025 telah sukses mengedukasi mahasiswa dan dosen mengenai pentingnya kemampuan berpikir kritis atau clinical reasoning dalam fisioterapi. Melalui pemaparan teori, studi kasus nyata, dan diskusi yang produktif, mahasiswa mendapatkan wawasan yang lebih dalam tentang penerapan ilmu fisioterapi di lapangan. Kegiatan ini tidak hanya memperkuat kualitas pendidikan di Prodi S1 Fisioterapi UMSIDA, tetapi juga memberikan kontribusi besar dalam mencetak tenaga fisioterapis profesional yang kompeten dan siap menghadapi tantangan dunia kesehatan modern.
Dengan dukungan dari prodi, dosen, dan narasumber ahli, SEMIFIS akan terus menjadi kegiatan tahunan yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan fisioterapi, membuka jejaring akademik lebih luas, dan memberikan kontribusi nyata bagi dunia kesehatan Indonesia.
Penulis : Novia