Fikes.Umsida.ac.id – Apakah orang tua Anda termasuk yang lebih banyak duduk daripada bergerak? Hati-hati, kebiasaan ini ternyata dapat menurunkan kualitas hidup mereka secara signifikan. Penelitian terbaru dari dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Fikes Umsida) mengungkap bahwa semakin lama lansia duduk, semakin menurun kualitas hidup yang mereka rasakan.
Baca Juga: Kolaborasi Data dan Fisioterapi Umsida untuk Optimalisasi Latihan Atlet Berbasis Teknologi
Riset yang dilakukan oleh Herista Novia Widanti dan Widi Arti ini menjadi peringatan serius agar kita tidak menganggap remeh gaya hidup pasif pada lansia.
Duduk Terlalu Lama: Gaya Hidup Pasif yang Mengintai Lansia
Dalam banyak keluarga, kita sering menjumpai lansia yang lebih banyak menghabiskan waktu dengan duduk di kursi, berbaring di tempat tidur, atau duduk menonton televisi seharian.
Sekilas terlihat wajar karena usia mereka yang sudah lanjut, namun kebiasaan ini termasuk dalam kategori sedentary lifestyle atau gaya hidup pasif yang berbahaya jika berlangsung terus-menerus.
Melihat kondisi ini, tim peneliti dari Fikes Umsida melakukan riset berjudul “The Relationship of Sitting Duration and Physical Activity with Quality of Life of the Elderly in Sidoarjo”. Tujuan utama riset ini adalah untuk mengetahui hubungan antara lamanya waktu duduk dan aktivitas fisik terhadap kualitas hidup lansia.
Penelitian dilakukan pada 60 lansia di wilayah kerja Puskesmas Medaeng, Kabupaten Sidoarjo, menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain korelasi. Instrumen utama yang digunakan adalah kuesioner WHOQOL-BREF untuk mengukur kualitas hidup, serta pertanyaan terstruktur mengenai kebiasaan duduk dan aktivitas harian mereka.
Hasil Penelitian: Semakin Lama Duduk, Semakin Rendah Kualitas Hidup

Hasil riset ini cukup mengejutkan. Mayoritas lansia yang diteliti memiliki durasi duduk lebih dari 6 jam per hari, baik di rumah maupun di lingkungan sosial. Mereka cenderung tidak melakukan aktivitas fisik rutin, bahkan untuk kegiatan ringan seperti berjalan pagi atau senam lansia.
Secara statistik, hasil uji Spearman Rank menunjukkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara durasi duduk dan kualitas hidup lansia dengan nilai ρ = -0,486. Ini artinya, semakin lama seseorang duduk dalam sehari, semakin rendah pula skor kualitas hidupnya, baik dalam aspek fisik, psikologis, hubungan sosial, maupun lingkungan.
Berbagai keluhan yang ditemukan pada responden dengan durasi duduk tinggi antara lain:
* Tubuh sering merasa lelah dan pegal
* Penurunan minat untuk bersosialisasi
* Gangguan tidur
* Munculnya perasaan kesepian atau kurang semangat
Sebaliknya, lansia yang terbiasa melakukan aktivitas ringan seperti jalan kaki atau berkebun terlihat lebih bugar, lebih ceria, dan lebih mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Rekomendasi: Waspadai Durasi Duduk dan Ajak Lansia Lebih Aktif
Penelitian ini menjadi alarm penting bagi keluarga dan tenaga kesehatan. Membiarkan lansia duduk terlalu lama setiap hari bisa berdampak pada penurunan fungsi tubuh dan psikologis mereka secara perlahan. Padahal, menjaga kualitas hidup di masa tua sangat bergantung pada aktivitas harian yang seimbang.
Beberapa langkah praktis yang bisa diterapkan antara lain:
* Mengajak lansia berjalan pagi minimal 15–30 menit
* Membuat jadwal senam lansia mingguan di lingkungan RT/RW
* Menyediakan kursi atau alat bantu untuk berkebun agar lansia tetap aktif
* Menciptakan lingkungan sosial yang mendukung interaksi antar lansia
Aktivitas ringan ini tidak hanya bermanfaat secara fisik, tetapi juga memberikan rasa berdaya dan kebahagiaan yang berdampak pada kesehatan mental lansia.
Fikes Umsida melalui riset ini berkomitmen untuk mendorong gaya hidup aktif sebagai bagian dari strategi menjaga kesejahteraan lansia. Tidak hanya mengandalkan obat, kualitas hidup yang baik dapat dibangun melalui kebiasaan kecil yang dilakukan setiap hari.
Baca Juga: Inovasi Digital Meningkatkan Keselamatan Atlet Sepatu Roda sejak Tahap Latih
Penelitian oleh Herista Novia Widanti dan Widi Arti membuktikan bahwa durasi duduk yang panjang berdampak negatif terhadap kualitas hidup lansia di Sidoarjo. Gaya hidup pasif dapat menurunkan aspek fisik, emosional, dan sosial mereka, yang pada akhirnya menurunkan makna hidup dan kebahagiaan di usia senja.
Artikel ini menjadi pengingat bahwa aktivitas fisik tak harus berat, yang penting adalah rutin dan menyenangkan. Keluarga memiliki peran sentral dalam mengajak dan mendampingi lansia untuk tetap aktif, bergerak, dan menjalani hidup dengan semangat.
Sumber : Herista Novia Widanti
Penulis: Novia