BUNGA TURI PUTIH

Gejala Toksisitas Ekstrak Bunga Turi Putih dan Implikasinya untuk Pengobatan Tradisional

Fikes.Umsida.ac.id– Bunga turi putih (Sesbania grandiflora) adalah tanaman yang sering digunakan dalam pengobatan tradisional di Indonesia, dengan klaim manfaat untuk berbagai macam penyakit.

Baca Juga: Daun Turi Putih Terbukti Aman untuk Hati, Fikes Umsida Ungkap Temuan Penting dari Uji Toksisitas

Namun, hasil penelitian terbaru dari Universitas Muhammadiyah Sidoarjo menunjukkan bahwa ekstrak bunga turi putih memiliki potensi toksisitas pada dosis tinggi, yang dapat memengaruhi kesehatan.

Penelitian ini tidak hanya mengungkapkan gejala-gejala toksik pada tikus, tetapi juga memberikan gambaran tentang implikasi penggunaan bunga turi putih dalam pengobatan tradisional.

Artikel ini membahas secara mendalam mengenai gejala toksisitas dan bagaimana temuan ini dapat mempengaruhi penggunaan tanaman dalam terapi herbal.

Gejala Toksisitas Ekstrak Bunga Turi Putih pada Tikus

Bunga turi putih (Sesbania grandiflora), yang dikenal memiliki banyak khasiat dalam pengobatan tradisional, ternyata mengandung senyawa yang berpotensi toksik jika digunakan dalam dosis yang tidak tepat.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dosen Teknologi Laboratorium Medis Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (TLM Umsida), tim peneliti menguji efek toksisitas ekstrak bunga turi putih terhadap tikus putih jantan (Rattus norvegicus).

Ekstrak ini diberikan dalam dosis yang berbeda, yaitu 10.000 mg/kgBB, 15.000 mg/kgBB, dan 20.000 mg/kgBB, untuk mengamati gejala toksisitas yang muncul.

Pada dosis yang lebih rendah (10.000 mg/kgBB), tikus-tikus yang diberi ekstrak bunga turi putih tidak menunjukkan gejala toksik yang signifikan.

Mereka tetap aktif dan sehat seperti kelompok kontrol. Namun, pada dosis yang lebih tinggi (15.000 mg/kgBB), gejala toksisitas mulai terlihat. Tikus-tikus dalam kelompok ini menunjukkan penurunan aktivitas, kelelahan, dan bulu rontok. Meskipun demikian, tidak ada kematian yang tercatat.

bunga turi putih
Sumber: AI

Namun, pada dosis tertinggi (20.000 mg/kgBB), gejala toksisitas semakin parah. Dua ekor tikus menunjukkan kematian, sementara tikus yang bertahan hidup mengalami kelelahan yang lebih hebat dan bulu yang rontok lebih banyak.

Hal ini menunjukkan bahwa dosis tinggi ekstrak bunga turi putih dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh, meskipun tidak menyebabkan kelumpuhan atau kerusakan fatal pada organ tubuh lainnya.

Gejala-gejala yang diamati seperti kelelahan, penurunan aktivitas, dan kerontokan bulu ini merupakan indikasi bahwa senyawa toksik dalam bunga turi putih berpotensi memberi dampak buruk bagi tubuh, khususnya bagi organ ginjal yang bertugas menyaring zat berbahaya dari darah.

Oleh karena itu, meskipun bunga turi putih memiliki potensi terapeutik, penggunaannya harus dilakukan dengan hati-hati dan dalam dosis yang terkontrol.

Implikasi Penelitian untuk Pengobatan Tradisional

Temuan ini memiliki implikasi yang signifikan terhadap penggunaan bunga turi putih dalam pengobatan tradisional. Tanaman obat tradisional sering dianggap aman karena berasal dari alam, namun penelitian ini mengingatkan kita bahwa tidak semua tanaman alami bebas dari risiko.

Gejala toksisitas yang ditemukan pada tikus dalam penelitian ini menunjukkan bahwa bunga turi putih, meskipun memiliki manfaat, bisa berbahaya jika tidak digunakan dengan bijak.

Mokhamad Amirul Hidayat, peneliti utama, menyatakan bahwa “Penggunaan tanaman obat, termasuk bunga turi putih, harus dilakukan dengan pemahaman yang baik mengenai dosis yang aman. Penelitian ini mengungkapkan bahwa meskipun bunga turi putih dapat meningkatkan kadar elektrolit, dosis yang lebih tinggi justru berisiko menyebabkan toksisitas.”

Berdasarkan hasil penelitian ini, sangat penting bagi masyarakat untuk tidak sembarangan menggunakan tanaman obat dalam pengobatan tanpa pengawasan yang tepat.

Meskipun bunga turi putih dapat menawarkan manfaat untuk meningkatkan keseimbangan elektrolit dalam tubuh, penggunaan yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal dan organ lainnya.

Penelitian ini juga mempertegas bahwa meskipun tanaman obat memiliki banyak potensi positif, tidak semua efeknya dapat diprediksi tanpa adanya uji klinis yang lebih mendalam. Dengan semakin berkembangnya riset ilmiah di bidang pengobatan tradisional, kita akan semakin memahami potensi dan risikonya.

Menjaga Keseimbangan dalam Penggunaan Tanaman Obat

Berdasarkan hasil penelitian ini, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan oleh masyarakat yang tertarik menggunakan bunga turi putih sebagai bagian dari pengobatan tradisional.

Pertama, penting untuk selalu memperhatikan dosis yang diberikan. Tanaman obat yang mengandung senyawa aktif harus digunakan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan efek samping yang merugikan tubuh.

Kedua, pengobatan tradisional sebaiknya dilakukan dengan pendampingan dari tenaga medis yang berkompeten. Pengetahuan tentang dosis yang tepat dan potensi efek samping sangat penting untuk memastikan bahwa manfaat dari tanaman obat dapat diperoleh tanpa risiko toksisitas.

Selain itu, penelitian ini membuka jalan bagi penelitian lanjutan yang lebih mendalam mengenai tanaman ini. Dengan uji klinis yang lebih ekstensif, kita dapat mengetahui lebih jauh mengenai mekanisme kerja senyawa aktif dalam bunga turi putih, serta bagaimana tanaman ini dapat digunakan secara aman dalam pengobatan.

Sebagai penutup, masyarakat perlu disadarkan bahwa meskipun tanaman obat memiliki tempat yang sangat penting dalam budaya pengobatan tradisional, kesadaran akan risiko toksisitas dan pentingnya penelitian ilmiah untuk mendukung penggunaannya sangat diperlukan.

Penelitian ini menunjukkan bahwa tanaman yang dianggap aman pun bisa menyimpan risiko, yang hanya bisa dipahami melalui riset yang cermat dan pengawasan yang bijak.

Baca Juga: Terobosan Herbal Ketumbar dan Jahe Merah Tingkatkan Profil Darah pada Penderita Hiperlipidemia

Penelitian mengenai gejala toksisitas ekstrak bunga turi putih menunjukkan bahwa meskipun tanaman ini memiliki potensi terapeutik, penggunaan dalam dosis tinggi dapat menimbulkan efek samping yang merugikan, seperti kelelahan, penurunan aktivitas, dan kerontokan bulu pada tikus.

Bahkan pada dosis tertinggi, dua tikus mengalami kematian, yang mengindikasikan bahwa ekstrak bunga turi putih berisiko tinggi jika tidak digunakan dengan benar.

Penelitian ini memberi pelajaran penting bagi pengobatan tradisional bahwa meskipun bahan alami dapat memberikan manfaat, dosis dan penggunaannya harus dilakukan dengan hati-hati.

Masyarakat harus lebih sadar akan potensi efek samping dari tanaman obat dan memastikan bahwa penggunaannya berdasarkan pemahaman yang mendalam serta dalam pengawasan medis yang tepat. Oleh karena itu, penelitian lanjutan sangat diperlukan untuk memastikan bahwa pengobatan berbahan alami tetap aman dan efektif bagi kesehatan manusia.

Sumber: Jamilatur Rohmah

Penulis: Novia

Berita Terkini

NYERI
Kompres Dingin Bantu Redakan Nyeri Carpal Tunnel Syndrome Secara Efektif
October 12, 2025By
Elektronik
Rekam Medis Elektronik Tingkatkan Efisiensi Administrasi Kesehatan di Era Digital
October 3, 2025By
pembekalan
Pembekalan Profesi Bidan Umsida 2025 Siapkan Mahasiswa Jadi Tenaga Kesehatan Andal dan Humanis
September 29, 2025By
Fortama
Fortama Fikes Umsida 2025, Cetak Generasi Sehat, Tangguh, dan Siap Mengabdi
September 27, 2025By
kisi-kisi
Workshop Penyusunan Kisi-Kisi Fikes Umsida, Dorong Implementasi OBE yang Berkualitas
September 26, 2025By
kader posyandu
Kolaborasi ITS dan Umsida Perkuat Kader Posyandu untuk Generasi Sehat
September 24, 2025By
simulasi
Umsida Jadi Tuan Rumah Simulasi OSCE 2025 Bukti Fikes Kian Dikenal di Jawa Timur
September 22, 2025By
data kesehatan
MIK Umsida Ungkap Data Kesehatan dan Teknologi Digital Kunci Transformasi Kebijakan Publik
September 19, 2025By

Prestasi

paramitha
Paramitha Amelia Peneliti Terbaik Umsida dengan Riset Aktivitas Fisik dan Risiko Depresi Remaja
September 21, 2025By
nurul
Nurul Azizah Dosen Kebidanan Umsida Torehkan Publikasi Scopus Terbaik Life Science
September 20, 2025By
widi arti
Widi Arti Dosen Fisioterapi Umsida Ungkap Kunci Sukses Jadi Peneliti Terbaik
September 17, 2025By
pangan
MIK Umsida Temukan Inovasi Pangan Lokal dan Digitalisasi untuk Cegah Stunting, Sukses Lolos RISTEKDIKTI 2025 Skema Pemberdayaan Masyarakat
September 10, 2025By
kilab
Kebidanan Umsida Sukses Lolos Kilab 2025 Kemdikti Saintek dengan Mannequin Akupresur Inovatif Berindikator LED dan Audio
September 5, 2025By
baik sekali
S1 Fisioterapi Umsida Raih Akreditasi Baik Sekali, Buktikan Keunggulan Pendidikan Fisioterapi
May 8, 2025By
Kespro
Mengangkat Isu Kespro Disabilitas, Mahasiswa Kebidanan Fikes Umsida Raih Juara 2 Lomba Poster Kesehatan
May 7, 2025By
Low Back Pain
Angkat Edukasi tentang Low Back Pain, Mahasiswa Fisioterapi Umsida Raih Juara Lomba
May 5, 2025By

Opini

mahasiswa baru
Simak Tips Mahasiswa Baru Fisioterapi dengan Cepat Beradaptasi
October 1, 2025By
latihan interval
Gaya Hidup Remaja dan Ancaman Penyakit Degeneratif, TLM Umsida Ungkap Fakta Mengejutkan
September 15, 2025By
R.I.C.E
Strategi Fisioterapi untuk Pemulihan Cedera Otot, Cara Cepat dan Tepat Kembali Berolahraga
September 1, 2025By
kurikulum
Implementasi Kurikulum Hybrid Rekam Medis, Upaya Meningkatkan Daya Saing Mahasiswa MIK Umsida di Era Digital
July 7, 2025By
Artikel ilmiah
Tangani Keseleo dengan Tepat, Intervensi Fisioterapi Cegah Risiko Cedera Kronis
July 6, 2025By