Fikes.umsida.ac.id – “Implementasi Rekam Medis Elektronik tidak bisa lepas dari tantangan, mulai dari kesiapan SDM, infrastruktur teknologi, hingga masalah keamanan data,” ungkap peneliti dalam riset terkait RME.
Baca Juga: MIK Umsida Hadirkan Solusi Cerdas Pangan Lokal untuk Pencegahan Stunting
Meski terbukti efektif meningkatkan mutu layanan kesehatan, keberhasilan sistem digital ini sangat ditentukan oleh strategi implementasi yang berkelanjutan.
Tantangan Sumber Daya Manusia dan Literasi Digital

Salah satu hambatan utama dalam penerapan Rekam Medis Elektronik adalah kesiapan sumber daya manusia. Tidak semua tenaga kesehatan terbiasa menggunakan sistem digital.
Beberapa bahkan merasa kesulitan beradaptasi dengan perangkat baru.
“Masih ada tenaga medis yang memerlukan pelatihan berulang agar benar-benar paham menggunakan RME,” terang peneliti.
Kondisi ini menunjukkan perlunya program pendampingan intensif agar literasi digital di bidang kesehatan merata.
Tantangan lain adalah resistensi terhadap perubahan. Sebagian pihak lebih nyaman dengan pencatatan manual karena sudah terbiasa, meskipun sistem tersebut tidak lagi efisien.
Oleh karena itu, pendekatan persuasif dan penyadaran manfaat RME menjadi faktor penting agar implementasi tidak terhambat.
Infrastruktur Teknologi dan Keamanan Data

Tantangan berikutnya adalah ketersediaan infrastruktur teknologi. Tidak semua fasilitas kesehatan memiliki perangkat keras dan jaringan internet yang memadai.
Padahal, RME membutuhkan sistem server yang stabil serta koneksi cepat agar dapat digunakan secara optimal.
Peneliti mencatat, “Jika infrastruktur teknologi tidak siap, implementasi RME hanya akan menambah masalah baru dalam pelayanan.”
Selain itu, isu keamanan data pasien juga menjadi perhatian serius. Rekam medis mengandung informasi sensitif yang tidak boleh bocor atau disalahgunakan.
Diperlukan sistem keamanan berlapis untuk memastikan data pasien tetap terjaga. Kebijakan regulasi dari pemerintah juga sangat penting sebagai payung hukum yang melindungi kerahasiaan data medis masyarakat.
Keberlanjutan Implementasi dan Strategi Penguatan
Keberhasilan RME bukan hanya pada tahap awal implementasi, tetapi juga pada keberlanjutannya. Tanpa komitmen berkelanjutan, sistem ini berisiko mandek atau bahkan ditinggalkan.
“Keberlanjutan hanya bisa dicapai jika ada evaluasi rutin, pelatihan berkesinambungan, serta dukungan kebijakan yang konsisten,” tegas peneliti.
Dukungan anggaran, pengembangan sistem sesuai kebutuhan lapangan, dan sinergi antar tenaga kesehatan menjadi kunci agar RME tetap berjalan.
Selain itu, keberlanjutan juga terkait dengan penerimaan pasien. Semakin banyak pasien yang merasakan manfaat layanan cepat dan akurat, semakin besar peluang RME diterima sebagai standar baru dalam pelayanan kesehatan.
Baca Juga: MIK Umsida Ungkap Data Kesehatan dan Teknologi Digital Kunci Transformasi Kebijakan Publik
Riset membuktikan bahwa implementasi Rekam Medis Elektronik menyimpan banyak tantangan, mulai dari kesiapan SDM, keterbatasan infrastruktur, hingga isu keamanan data.
Namun, jika tantangan ini dapat diatasi dengan strategi keberlanjutan yang tepat, RME berpotensi menjadi fondasi utama pelayanan kesehatan modern di Indonesia.
“Rekam Medis Elektronik bukan sekadar proyek digitalisasi, tetapi investasi jangka panjang untuk menciptakan layanan kesehatan yang lebih efisien, aman, dan berkelanjutan,” simpul penelitian.
Dengan demikian, menjaga keberlanjutan implementasi RME sama pentingnya dengan menghadapi tantangan awal penerapannya. Langkah ini menjadi bukti komitmen bahwa layanan kesehatan harus terus berkembang mengikuti kebutuhan zaman.
Sumber: Suci Ariani
Penulis: Novia