Fikes.umsida.ac.id – Perbedaan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) pada lansia ternyata tidak hanya dipengaruhi usia dan aktivitas harian, tetapi juga faktor jenis kelamin.
Hal ini terungkap melalui riset yang dilakukan dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida).
Bagas Anjasmara S Tr Ft M Fis, Andi Fadhilah Tenriwulan Ftr M Sc dan Auliyaur Rabbani S Kom M Sc.
Penelitian yang dilakukan di Desa Kepetingan dan Sumberejo ini memetakan keluhan MSDs pada lansia menggunakan metode Nordic Body Map (NBM).
Faktor Biologis yang Tidak Bisa Diabaikan

Data penelitian menunjukkan bahwa 24% responden adalah perempuan, sementara 76% laki-laki.
Meski jumlahnya lebih sedikit, lansia perempuan memiliki risiko keluhan MSDs yang berbeda dan kerap lebih kompleks.
Riset menjelaskan bahwa kemampuan otot perempuan secara fisiologis berada pada kisaran dua pertiga dari kekuatan otot laki-laki.
Baca Juga: Strategi Fisioterapi untuk Pemulihan Cedera Otot, Cara Cepat dan Tepat Kembali Berolahraga
Kondisi ini membuat kapasitas otot perempuan lebih kecil dalam menerima beban kerja berat atau repetitif.
Selain itu, perubahan hormonal yang terjadi saat menopause terutama penurunan hormon estrogen dapat mempercepat terjadinya osteoporosis.
Penurunan kepadatan tulang ini menjadikan perempuan lebih rentan mengalami nyeri, terutama di area punggung bawah dan lutut.
Laki-Laki Lebih Kuat, Tetapi Bukan Berarti Bebas Risiko
Meski laki-laki memiliki kekuatan otot lebih besar, hal ini tidak membuat mereka bebas dari ancaman MSDs.
Sebagian besar responden laki-laki dalam penelitian ini masih aktif bekerja sebagai petani atau nelayan, dengan aktivitas fisik berulang.
Seperti mengangkat beban, menarik jaring, dan membungkuk selama berjam-jam.
Hasilnya, keluhan nyeri terbanyak justru muncul pada nyeri pinggang dialami oleh 52% responden.
Beban kerja yang tinggi membuat laki-laki lebih sering merasakan keluhan kategori berat (46%), meski secara fisiologis mereka lebih kuat dibanding perempuan.
Cek Juga: Tim S1 Fisioterapi Umsida Juara 2 Medical and Health Competition Vol 2 2025
Pekerjaan Rumah Tangga sebagai Beban Tersendiri bagi Perempuan

Riset juga menarik karena menyoroti peran pekerjaan rumah tangga sebagai faktor risiko independen bagi perempuan.
Aktivitas seperti mengangkat beban berat lebih dari 10 kg, berdiri lama, hingga pekerjaan berulang di dapur dan halaman rumah turut memicu keluhan MSDs.
Cek Selengkapnya: Redakan Nyeri Plantar Fasciitis secara Komprehensif Fisioterapi Terbukti Efektif
Beban ganda antara peran domestik dan aktivitas sosial membuat lansia perempuan menghadapi risiko berbeda dibanding laki-laki.
Riset dosen FIKES Umsida ini menegaskan bahwa pendekatan pencegahan dan edukasi MSDs tidak bisa disamaratakan.
Laki-laki dan perempuan memiliki risiko dan karakteristik keluhan yang berbeda.
Pemahaman ini penting agar program kesehatan lansia benar-benar tepat sasaran dan efektif dalam meningkatkan kualitas hidup mereka.
Sumber: Riset Bagas Anjasmara S Tr Ft M Fis & tim
Penulis: Elfira Armilia























