Fikes.Umsida.ac.id– Tanaman turi putih (Sesbania grandiflora L. Pers.) telah lama dikenal masyarakat Indonesia sebagai tanaman obat tradisional yang serbaguna. Hampir seluruh bagiannya daun, bunga, batang, hingga akar diyakini memiliki khasiat, mulai dari pereda nyeri, antipiretik, hingga peluruh kencing.
Baca Juga: Bukti Ilmiah Khasiat Herbal Nusantara Ketumbar dan Jahe Merah untuk Jaga Profil Darah di Era Modern
Namun di balik manfaatnya, tanaman ini juga menyimpan senyawa kimia yang berpotensi toksik, terutama kelompok alkaloid dan triterpenoid, yang dalam kadar tinggi dapat memengaruhi organ vital seperti hati.
Menelusuri Khasiat dan Potensi Aman Daun Turi Putih
Berangkat dari keresahan tersebut, dua peneliti dari Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Fikes Umsida), Makrufah dan Jamilatur Rohmah, melakukan riset bertajuk “Toxicity of White Turi Leaf Extract on Liver Function in Mice.”
Penelitian ini bertujuan untuk menguji keamanan ekstrak daun turi putih terhadap fungsi hati** dengan parameter biokimia utama yakni enzim SGOT dan SGPT dua indikator sensitif terhadap kerusakan sel hati.
“Selama ini banyak penelitian hanya menyoroti potensi manfaatnya. Kami ingin memastikan bahwa penggunaan daun turi putih benar-benar aman bagi organ hati,” ungkap Makrufah saat menjelaskan latar belakang risetnya.
Penelitian dilakukan secara eksperimental menggunakan mencit jantan (Mus musculus) dengan rancangan Posttest Only Control Group Design.
Hewan uji diberi ekstrak etanol daun turi putih dengan dosis bertingkat 500, 600, dan 700 mg/kgBB selama 14 hari. Setelah perlakuan, dilakukan pengukuran SGOT-SGPT serta pengamatan makroskopis organ hati untuk mendeteksi adanya indikasi toksisitas.
Hasil Mengejutkan: Tidak Ada Efek Hepatotoksik yang Ditemukan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun turi putih tidak menimbulkan efek toksik terhadap hati pada seluruh kelompok perlakuan.
Baik dari parameter SGOT (p = 0,896) maupun SGPT (p = 0,527), tidak ditemukan perbedaan signifikan antara kelompok perlakuan dan kontrol.
Selain itu, hasil uji ANOVA terhadap berat hati juga menunjukkan nilai p = 0,08, yang berarti tidak ada perubahan bermakna terhadap bobot hati.
Secara makroskopis, hati mencit dari semua kelompok menunjukkan warna merah pekat dan konsistensi kenyal—karakteristik hati sehat.
“Tidak ada tanda-tanda pembesaran hati ataupun perubahan warna. Semua organ terlihat normal,” jelas Jamilatur Rohmah saat memaparkan hasil pengamatan laboratorium.
Selain itu, pengujian terhadap gejala toksik seperti tremor, kejang, atau perubahan aktivitas hewan juga tidak menunjukkan kelainan.
Tidak ada satu pun mencit yang mati selama masa pengamatan 14 hari, sehingga ekstrak daun turi putih dikategorikan “praktis tidak toksik.”
Dalam konteks biokimia, SGOT dan SGPT merupakan enzim penting yang dilepaskan ke dalam darah saat sel-sel hati rusak.
Kadar kedua enzim ini yang tetap normal menunjukkan bahwa ekstrak daun turi putih tidak menyebabkan kerusakan sel hati maupun gangguan metabolisme.
Hasil ini memperkuat asumsi bahwa senyawa-senyawa bioaktif di dalam daun turi—seperti flavonoid, saponin, dan tanin lebih banyak berperan sebagai antioksidan dan pelindung sel dibandingkan sebagai toksin.
Implikasi Ilmiah dan Harapan untuk Pengembangan Obat Herbal Aman
Penelitian ini bukan sekadar menegaskan keamanan Sesbania grandiflora, tetapi juga memberikan kontribusi penting bagi dunia toksikologi herbal dan pengembangan fitofarmaka lokal.
Dengan hasil yang menunjukkan tidak adanya hepatotoksisitas, daun turi putih berpotensi dikembangkan lebih lanjut sebagai bahan dasar obat alami, baik untuk terapi inflamasi maupun sebagai agen antioksidan.
“Kami berharap riset ini menjadi dasar ilmiah agar masyarakat lebih yakin dalam menggunakan tanaman obat secara aman dan sesuai dosis,” ujar Makrufah.
Ia juga menambahkan bahwa langkah berikutnya adalah melakukan uji toksisitas kronik dan histopatologi hati untuk melihat efek jangka panjang ekstrak terhadap jaringan organ.
Temuan ini sejalan dengan misi Fakultas Ilmu Kesehatan Umsida dalam mendorong penelitian berbasis keselamatan bahan alam dan inovasi fitoterapi.
Melalui uji laboratorium yang ketat dan terstandar etika penelitian, FIKES Umsida berupaya menunjukkan bahwa pengobatan tradisional bisa diangkat ke ranah ilmiah tanpa meninggalkan prinsip keamanan dan efektivitas.
Bagi masyarakat, hasil riset ini menjadi kabar baik. Daun turi putih yang sering digunakan dalam ramuan tradisional terbukti aman terhadap fungsi hati jika digunakan dalam dosis wajar.
Namun, seperti yang ditegaskan peneliti, konsumsi dalam jumlah besar tetap harus dihindari karena beberapa senyawa alkaloid berpotensi toksik bila terakumulasi dalam tubuh.
Riset ini menegaskan bahwa ekstrak etanol daun turi putih (Sesbania grandiflora) dalam dosis 500–700 mg/kgBB tidak menimbulkan gangguan fungsi hati pada mencit.
Parameter biokimia (SGOT-SGPT) dan berat organ hati tetap dalam batas normal, serta tidak ditemukan gejala toksik atau kematian hewan uji.
Dengan demikian, penelitian Fikes Umsida ini memberikan bukti ilmiah bahwa tanaman turi putih aman digunakan dalam pengobatan tradisional dan berpotensi dikembangkan sebagai bahan herbal yang mendukung kesehatan hati.
Sumber: Jamilatur Rohmah
Penulis: Novia