Adaptive Exercise

Adaptive Exercise untuk Anak Cerebral Palsy Membantu Menjaga Suhu Tubuh Tetap Normal

fikes.umsida.ac.id-Penurunan aktivitas fisik berdampak signifikan terhadap metabolisme dan termoregulasi tubuh. Riset dosen  Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Fikes Umsida) menemukan bahwa adaptive exercise atau latihan adaptif bisa menjadi solusi efektif untuk menjaga kestabilan suhu tubuh pada anak-anak dengan kondisi tersebut.

Baca Juga: Functional Movement Screening (FMS) sebagai Acuan Deteksi Dini Risiko Cedera pada Atlet UKORDA Umsida

Dalam dunia fisioterapi, perawatan terhadap anak dengan gangguan neurologis sistem saraf pusat seperti cerebral palsy dan brain injury bukan hanya berfokus pada peningkatan kemampuan gerak. Salah satu tantangan utama yang kerap dihadapi adalah menjaga kestabilan suhu tubuh anak, terutama akibat imobilisasi yang berkepanjangan.

Penelitian yang dilakukan oleh Soffil Yudha Mulyadi bersama timnya di Prodi Fisioterapi Fikes Umsida ini mengusung tema penting yang berkaitan langsung dengan kebutuhan terapi rumah (home program) bagi anak-anak penyandang cerebral palsy maupun cedera otak. Fokus dari riset ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh adaptive exercise terhadap peningkatan suhu tubuh sebagai langkah preventif terhadap risiko hipotermia ringan.

1. Apa Itu Adaptive Exercise dan Mengapa Penting?

Adaptive exercise adalah jenis latihan fisik ringan yang dapat dilakukan secara rutin dan disesuaikan dengan kondisi individu yang memiliki keterbatasan fisik, khususnya anak dengan cerebral palsy atau brain injury. Rangkaian latihannya mencakup pemanasan, gerakan inti, dan pendinginan, yang semuanya bisa dilakukan secara pasif dengan bantuan pendamping.

Dalam riset ini, sebanyak 31 anak dengan usia 2-10 tahun (22 anak mengalami cerebral palsy dan 9 anak dengan brain injury) dijadikan subjek penelitian. Rangkaian adaptive exercise yang dilakukan selama 35 menit ternyata memberikan hasil signifikan terhadap suhu tubuh mereka. Sebelum latihan, suhu rata-rata anak adalah 36,12°C, sementara setelah latihan meningkat menjadi 36,63°C. Kenaikan suhu ini sangat penting karena suhu tubuh sebelumnya berada di bawah batas normal (indikasi hipotermia ringan).

Penelitian ini menegaskan bahwa gerakan otot, meskipun pasif, mampu meningkatkan laju metabolisme tubuh, yang kemudian menghasilkan panas. Ini menjadi indikator bahwa latihan adaptif tidak hanya bermanfaat untuk mengoptimalkan postur dan gerak, tetapi juga untuk menjaga suhu tubuh agar tetap dalam rentang normal.

2. Rekomendasi Home Program dan Dampaknya Terhadap Kesehatan Neurologis Anak

Riset ini menekankan bahwa adaptive exercise bisa diterapkan dalam bentuk home program yang dilakukan rutin oleh orang tua atau pendamping anak di rumah. Aktivitas ini tidak hanya membantu mempertahankan fungsi fisik, tetapi juga menjaga aspek fisiologis lain, seperti sirkulasi darah dan kestabilan sistem kardiovaskular yang berkaitan erat dengan suhu tubuh.

Latihan dilakukan dengan menyasar bagian tubuh yang penting untuk mobilisasi, seperti kepala, bahu, siku, pergelangan tangan, pinggul, lutut, dan pergelangan kaki. Pemanasan selama 5 menit dilakukan dengan peregangan, dilanjutkan dengan gerakan inti berirama selama 25 menit, dan ditutup dengan pendinginan selama 5 menit yang dominan dengan gerakan relaksasi.

Dengan latar belakang banyaknya anak penyandang cerebral palsy yang mengalami imobilisasi kronis, maka adaptive exercise menjadi cara preventif terhadap komplikasi serius seperti hipotermia, gangguan sirkulasi darah, hingga disfungsi organ. Gerakan sederhana yang konsisten bisa memperkuat sistem homeostasis anak dalam jangka panjang.

3. Implikasi Riset bagi Dunia Fisioterapi dan Keluarga Anak Berkebutuhan Khusus

Hasil penelitian ini sangat penting sebagai referensi bagi fisioterapis, pendidik, dan orang tua. Menurut data Kementerian Kesehatan RI, prevalensi cerebral palsy diperkirakan mencapai 1–5 per 1.000 kelahiran hidup dan terus meningkat setiap tahun. Oleh karena itu, pendekatan rehabilitatif yang bersifat praktis dan bisa dilakukan secara mandiri menjadi sangat krusial.

Secara fisiologis, penelitian juga mencatat adanya perbedaan antara anak laki-laki dan perempuan dalam respon terhadap latihan. Anak perempuan menunjukkan suhu istirahat yang lebih tinggi, tetapi peningkatan suhu pasca latihan lebih signifikan terjadi pada anak laki-laki. Hal ini menunjukkan perlunya pendekatan personal dalam menyusun home program bagi tiap individu.

Peneliti juga menekankan bahwa meski peningkatan suhu sudah menjadi indikator positif, diperlukan studi lanjutan yang menyertakan parameter lain seperti kekuatan otot, fleksibilitas, dan kapasitas aerobik agar manfaat adaptive exercise bisa dikaji secara menyeluruh.

Baca Juga: Fasciitis Plantaris dan Efektivitas Fisioterapi dalam Pemulihan Nyeri Tumit

Adaptive exercise terbukti dapat membantu menjaga suhu tubuh anak dengan gangguan neurologis sistem saraf pusat tetap dalam rentang normal. Aktivitas ini mudah diterapkan di rumah, bersifat aman, dan dapat dilakukan secara pasif dengan bantuan pendamping. Penelitian ini juga menguatkan pentingnya peran orang tua dalam program pemulihan anak, serta perlunya kolaborasi antara keluarga dan tenaga medis.

Dengan fokus pada adaptive exercise, Prodi Fisioterapi Fikes Umsida menunjukkan komitmennya untuk terus mengembangkan riset yang aplikatif dan berdampak nyata pada masyarakat. Semoga hasil penelitian ini dapat menjadi pijakan dalam memperluas terapi rehabilitatif yang mudah diakses bagi seluruh kalangan.

Sumber   : Soffil Yudha Mulyadi

Penulis   : Novia

Berita Terkini

Mahasiswa Kebidanan Umsida Perdalam Pemeriksaan EKG Lewat Fieldtrip di RS Rahman Rahim
November 20, 2025By
UMSIDA Ciptakan Aplikasi SAINS SKATE SUPPORT, Lolos 10 Besar KISI 2025
November 14, 2025By
Kolaborasi Umsida dan Umla Wujudkan Posyandu Remaja Modern dengan Pasar Gizi dan Pencatatan Digital
November 12, 2025By
Mahasiswa Kebidanan Umsida Praktik Deteksi Dini Perkembangan Balita di TK ABA 1 Candi
November 11, 2025By
BEM dan HIMA FIKES Umsida Resmi Dilantik Siap Wujudkan Generasi Kesehatan Tanggap dan Inovatif
November 10, 2025By
Menteri Kesehatan RI Ajak Umsida Bersinergi Wujudkan Transformasi Kesehatan
November 9, 2025By
FIKES umsida dan Dinkes Sidoarjo Tingkatkan Kesehatan Masyarakat melalui Program CKG
November 5, 2025By
Fisioterapi Umsida Dukung Kesehatan Peserta dalam Sidoarjo Run & Camp 2025
November 4, 2025By

Prestasi

Kreativitas Video Mahasiswa MIK Umsida Berhasil Masuk 3 Besar Nasional
November 22, 2025By
Mahasiswa MIK Umsida Raih Juara 1 Cerdas Cermat Nasional 2025
November 21, 2025By
Perjalanan Friska Febriyanti, Mahasiswa TLM UMSIDA Lulus Cumlaude Berkat Rutinitas dan Lingkungan Positif
November 19, 2025By
Prestasi Mahasiswa Umsida: Syharul Romadhoni Juara 1 Kompetisi Pemilihan Mahasiswa Berprestasi PTMA
November 18, 2025By
Lulus dengan Predikat Cumlaude: Rahasia Kesuksesan Mahasiswa MIK Umsida
November 17, 2025By
Laboran MIK Umsida Torehkan Prestasi Lewat Inovasi Pembelajaran Berbasis Augmented Reality
October 28, 2025By
Kompak dan Membanggakan, Mahasiswa Fisioterapi Umsida Raih Juara Tingkat Jawa Timur
October 27, 2025By
kupang
Inovasi dari Limbah Kupang, Mahasiswa TLM Umsida Torehkan Prestasi Nasional lewat Obat Luka Diabetes
October 18, 2025By

Opini

3 Tips Masuk Kuliah Kebidanan agar Bisa Menjadi Bidan Profesional
October 30, 2025By
mahasiswa baru
Simak Tips Mahasiswa Baru Fisioterapi dengan Cepat Beradaptasi
October 1, 2025By
latihan interval
Gaya Hidup Remaja dan Ancaman Penyakit Degeneratif, TLM Umsida Ungkap Fakta Mengejutkan
September 15, 2025By
R.I.C.E
Strategi Fisioterapi untuk Pemulihan Cedera Otot, Cara Cepat dan Tepat Kembali Berolahraga
September 1, 2025By
kurikulum
Implementasi Kurikulum Hybrid Rekam Medis, Upaya Meningkatkan Daya Saing Mahasiswa MIK Umsida di Era Digital
July 7, 2025By