Fikes.umsida.ac.id -Indonesia, sebagai negara agraris, memiliki jutaan petani yang menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.
Meskipun sektor ini memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian negara, tidak bisa dipungkiri bahwa para petani menghadapi sejumlah tantangan kesehatan yang berkaitan dengan pekerjaannya.
Salah satu bahaya yang sering kali terabaikan adalah paparan terhadap logam berat, terutama kadmium (Cd), yang bisa menyebabkan gangguan kesehatan serius.
Penelitian yang dilakukan oleh Galuh Ratmana Hanum S Si M Si dosen Program Studi Teknik Laboratorium Medis (TLM) , Metatia Intan Mauliana S Pd M Si dosen Informatika Fakultas Sains dan Teknologi (FST) , dan Salza Dilla Yoessie Wahyudhi ini mahasiswa TLM.
Ketiga peneliti ini berasal dari Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), yang memberikan gambaran yang jelas tentang hubungan antara paparan kadmium dan masa kerja petani di Desa Kedungrejo, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang.
Walaupun kadar kadmium yang ditemukan dalam urine petani masih berada di bawah ambang batas yang ditetapkan oleh WHO, paparan jangka panjang tetap berisiko menyebabkan dampak kesehatan yang serius.
Baca Juga: Ekstrak Bonggol Nanas Terbukti Menurunkan Glukosa Darah Berdasarkan Uji Eksperimen TLM Umsida
Paparan Kadmium dalam Dunia Pertanian

Kadmium adalah salah satu jenis logam berat yang ditemukan secara alami dalam tanah, tetapi juga dapat meningkat konsentrasinya akibat aktivitas manusia, seperti pertambangan dan penggunaan pupuk atau pestisida yang mengandung logam berat.
Dalam konteks pertanian, kadmium lebih sering ditemukan pada tanah yang tercemar oleh pupuk fosfat dan pestisida kimia yang digunakan untuk melindungi tanaman dari hama dan penyakit.
Selain itu, paparan kadmium juga dapat terjadi melalui polusi udara dari kendaraan bermotor dan industri, yang mengandung debu dan gas berbahaya.
Penelitian yang dilakukan di Desa Kedungrejo, yang merupakan kawasan pertanian utama, menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara masa kerja petani dengan kadar kadmium dalam urine mereka.
Petani yang telah bekerja lebih dari 2 tahun memiliki kadar kadmium yang lebih tinggi dibandingkan dengan petani yang baru bekerja.
Penelitian ini menggunakan metode Spektrofotometer Serapan Atom untuk mengukur kadar kadmium dalam urine 15 orang petani dengan masa kerja yang berbeda-beda.
Hasilnya menunjukkan bahwa petani dengan masa kerja lebih lama cenderung memiliki kadar kadmium yang lebih tinggi, meskipun masih berada di bawah ambang batas yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yaitu 0,1 mg/L.
Paparan berkelanjutan terhadap pestisida dan bahan kimia berbahaya lainnya dapat menyebabkan penumpukan logam berat di tubuh.
Dalam jangka panjang, logam-logam berat ini tidak hanya berisiko menyebabkan kerusakan ginjal dan gangguan pernapasan, tetapi juga meningkatkan potensi terjadinya kanker.
Oleh karena itu, meskipun kadar kadmium yang terdeteksi dalam penelitian ini belum mencapai level berbahaya, risiko kesehatan akibat paparan jangka panjang harus menjadi perhatian serius.
Cek Juga: Program Petani Milenial, Se-Darurat Itu Kah Kondisi Pertanian Indonesia?
Risiko Kesehatan dari Paparan Kadmium
Paparan jangka panjang terhadap kadmium dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang serius, meskipun kadar dalam urine petani masih di bawah ambang batas.
Beberapa petani yang terpapar kadmium melaporkan gejala seperti sakit kepala, mual, sesak napas, dan gangguan tidur. Gejala-gejala ini sering kali diabaikan sebagai akibat kelelahan kerja, padahal mereka bisa menjadi indikator awal dari keracunan kadmium.
Selain itu, paparan pestisida yang mengandung kadmium juga dapat menyebabkan kerusakan pada organ tubuh lainnya, terutama ginjal dan paru-paru.
Penyakit ginjal yang disebabkan oleh akumulasi kadmium dalam tubuh telah terbukti menyebabkan penurunan fungsi ginjal secara permanen.
Selain kerusakan ginjal, paparan berulang terhadap kadmium dapat menyebabkan gangguan pernapasan, termasuk asma dan bronkitis, serta meningkatkan risiko kanker paru-paru.
Oleh karena itu, sangat penting untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap paparan ini dan mengembangkan langkah-langkah mitigasi yang efektif.
Cek Selengkapnya: Gejala Toksisitas Akibat Ekstrak Bunga Turi Putih, Apa yang Terjadi pada Tikus Setelah Diberi Dosis Tinggi
Langkah Pencegahan yang Dapat Ditempuh

Untuk mengurangi risiko paparan kadmium dan melindungi kesehatan petani, ada beberapa langkah yang perlu diambil.
Salah satunya adalah peningkatan penggunaan alat pelindung diri (APD) yang tepat, seperti masker dan pelindung tangan, terutama saat penyemprotan pestisida.
Penggunaan APD dapat mengurangi paparan langsung terhadap pestisida yang mengandung logam berat.
Selain itu, pelatihan kepada petani tentang cara menggunakan pestisida yang lebih aman, termasuk pestisida organik yang tidak mengandung logam berat, sangat penting untuk dilakukan.
Penerapan teknik pertanian yang ramah lingkungan, seperti penggunaan pestisida alami dan pengelolaan lahan yang baik, juga dapat mengurangi risiko kontaminasi logam berat pada tanaman dan tanah.
Pemerintah dan lembaga pertanian dapat berperan aktif dalam mengedukasi petani tentang cara-cara yang lebih aman dalam bertani dan mengurangi ketergantungan pada bahan kimia berbahaya.
Selain itu, penting bagi petani untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala, termasuk tes kadar kadmium dalam darah dan urine.
Pemeriksaan rutin ini akan membantu mendeteksi tanda-tanda keracunan logam berat sejak dini dan memungkinkan pengobatan atau tindakan pencegahan yang lebih cepat.
Peningkatan kesadaran tentang bahaya paparan logam berat dan pengelolaan kesehatan yang baik dapat membantu mencegah gangguan kesehatan yang lebih serius di masa depan.
Sumber: Riset Galuh Ratmana Hanum S Si M Si
Penulis: Elfira Armilia



















