fikes.umsida.ac.id- Nyeri saat melahirkan adalah pengalaman yang tak terelakkan bagi hampir setiap ibu. Namun, pendekatan alami seperti hypnobirthing kini menjadi solusi alternatif non-farmakologis yang menjanjikan.
Baca Juga: Faktor Risiko Janin Letak Sungsang dan Implikasinya bagi Kesehatan Ibu dan Bayi
Melalui penelitian inovatif dari tim dosen Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), yakni Hesty Widowati, Rafhani Rosyid, dan Paramitha Amelia, ditemukan bahwa teknik hypnobirthing terbukti secara signifikan mengurangi intensitas nyeri pada kala I fase aktif persalinan.
Hypnobirthing dan Tantangan Nyeri Persalinan

Persalinan merupakan momen krusial dan fisiologis yang penuh tantangan fisik dan psikologis. Ketegangan, stres, dan rasa takut berlebih bisa memperburuk rasa sakit yang dialami ibu bersalin. Hal inilah yang mendorong tingginya kasus partus lama dan bahkan keputusan medis untuk melakukan operasi sesar. Berdasarkan data Riskesdas 2018, partus lama menyumbang 4,3% komplikasi persalinan di Indonesia, dan di Jawa Timur angkanya bahkan mencapai 5%.
Melihat fenomena ini, tim peneliti dari FIKES Umsida mencoba menjawab permasalahan tersebut dengan metode hypnobirthing. Teknik ini merupakan kombinasi dari pernapasan dalam, visualisasi positif, relaksasi, dan sugesti yang dilakukan dalam kondisi sadar penuh oleh ibu bersalin. Hypnobirthing bertujuan untuk menurunkan ketegangan otot, meningkatkan kenyamanan emosional, serta menstimulasi produksi endorfin alami sebagai analgesik internal tubuh.
Dalam penelitian quasi-eksperimental ini, responden dibagi menjadi dua kelompok: kelompok yang diberikan intervensi hypnobirthing dan kelompok kontrol yang hanya mendapatkan teknik relaksasi nafas dalam. Hasilnya? Kelompok hypnobirthing mengalami penurunan nyeri signifikan dari rata-rata skor 8,27 menjadi 3,07 setelah intervensi — dibandingkan dengan kelompok kontrol yang hanya menurun dari 7,67 menjadi 6,00.
Efektivitas Hypnobirthing dari Perspektif Fisiologi
Teknik relaksasi saat persalinan bekerja secara efektif melalui perubahan gelombang otak dari beta (aktif) menjadi alpha atau theta yang lebih rileks. Ketika tubuh masuk ke dalam keadaan relaksasi dalam, sistem saraf parasimpatis aktif sehingga tekanan darah menurun, aliran darah ke otot uterus meningkat, dan tubuh mampu memproduksi endorfin secara maksimal.
Dari sudut pandang neurosains, metode ini membantu memodulasi area otak seperti korteks sensori dan sistem limbik, yang bertanggung jawab terhadap persepsi nyeri dan emosi. Proses ini mengubah persepsi nyeri menjadi rasa nyaman dan aman. Sistem saraf vagus yang tidak bermielin juga berperan dalam meningkatkan ambang batas nyeri, sehingga kontraksi uterus tidak lagi dirasakan sebagai tekanan yang menyakitkan.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa ibu dengan tingkat pendidikan menengah ke atas lebih mudah menerima intervensi hypnobirthing. Hal ini karena pemahaman dan pengelolaan emosional yang lebih baik turut memengaruhi efektivitas metode ini. Selain itu, dukungan suami atau keluarga yang mendampingi saat proses persalinan juga terbukti menjadi faktor pendukung keberhasilan hypnobirthing.
Rekomendasi Klinik dan Implikasi Praktis bagi Bidan
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa teknik relaksasi persalinan sangat efektif sebagai intervensi nonfarmakologis dalam mengelola nyeri persalinan, khususnya kala I fase aktif. Hal ini sangat relevan bagi dunia kebidanan di Indonesia, di mana masih banyak ibu bersalin yang enggan menggunakan metode medis karena khawatir terhadap efek sampingnya.
Baca Juga: Edukasi Berbasis Teknologi untuk Pencegahan Komplikasi Postpartum: Inovasi dalam Kesehatan Ibu Nifas
Fikes Umsida merekomendasikan agar metode ini mulai diintegrasikan ke dalam layanan antenatal care di klinik, rumah bersalin, dan rumah sakit bersalin. Pelatihan teknik relaksasi persalinan juga dapat menjadi bagian dari kurikulum pelatihan kebidanan untuk meningkatkan keterampilan bidan dalam memberikan alternatif terapi yang holistik, efektif, dan ramah bagi ibu bersalin.
Riset ini tidak hanya memberikan harapan baru dalam pengelolaan nyeri persalinan, namun juga menjadi pembuktian bahwa pendekatan psikologis dan emosional memiliki pengaruh besar terhadap proses kelahiran. Dengan demikian, hypnobirthing tidak sekadar menjadi teknik alternatif, tetapi juga bagian dari pendekatan humanized birth care yang mengedepankan kenyamanan dan ketenangan ibu selama persalinan.
Sumber: Hesty Widowati
Penulis: Novia