sumber pexels fisioterapi

Memahami Mekanisme Biomolekular Nyeri dalam Fisioterapi: Menelisik Proses Penyampaian dan Modulasi Sinyal Nyeri

Fikes.umsida.ac.id – Nyeri menjadi perhatian utama dalam praktik Fisioterapi, karena mampu memengaruhi kualitas hidup pasien. Dalam penelitian terbaru, terdapat penjelasan mendalam mengenai mekanisme biomolekular nyeri, khususnya dalam modulasi dan penyampaian sinyal nyeri di otak.

Arisandy Achmad MFis PhDPT(C) dalam kuliah tamu di Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Fikes Umsida) juga membahas tentang bagaimana tubuh manusia merasakan, mengolah, dan merespons rasa nyeri, terutama melalui terapi yang melibatkan modulasi nyeri. Mari kita telaah lebih lanjut mekanisme biomolekular di balik pengalaman nyeri dan pengaruhnya dalam praktik fisioterapi modern.

Baca juga: Mahasiswi S1 Kebidanan Umsida Raih Prestasi Internasional di The 5 Borneo Global Summer Camp

Jalur Penyampaian dan Modulasi Sinyal Nyeri di Otak

Penelitian ini mengidentifikasi jalur-jalur saraf utama yang terlibat dalam penyampaian dan modulasi sinyal nyeri, dimulai dari neuron aferen primer yang berada di ganglia akar dorsal atau ganglia trigeminal. Neuron ini bertanggung jawab atas transmisi awal sinyal nyeri ke otak melalui sumsum tulang belakang.

Neuron sekunder melintasi garis tengah dan membawa sinyal ke thalamus dan berbagai bagian otak lainnya, termasuk medula oblongata, pons, dan otak tengah. Di area-area otak tersebut, sinyal ini diproses lebih lanjut sehingga menghasilkan pengalaman nyeri yang dirasakan pasien.

Dalam konteks fisioterapi, pemahaman terhadap jalur ini sangat penting. Fisioterapis dapat merancang strategi terapi yang efektif dengan mempertimbangkan lokasi dan intensitas nyeri. Selain itu, area otak seperti korteks somatosensori bertanggung jawab atas aspek sensori-discriminatif nyeri seperti intensitas dan lokasi. Sementara itu, area kortikal limbik, seperti korteks cingulate anterior dan insula, memediasi aspek emosional nyeri. Respon emosional ini turut memperburuk atau bahkan memperpanjang sensasi nyeri.

sumber pexels fisioterapi

Dok Istimewah

Sensitisasi Sentral: Penguat Rasa Nyeri

Hal ini juga menguraikan tentang fenomena sensitisasi sentral, yang memainkan peran penting dalam peningkatan sensasi nyeri, terutama dalam kasus nyeri kronis. Sensitisasi sentral terjadi ketika rangsangan nyeri yang terus-menerus menyebabkan perubahan pada neuron di sumsum tulang belakang, sehingga meningkatkan kepekaan terhadap rasa nyeri. Salah satu mekanisme utamanya adalah melalui potensiasi sinaptik antara ujung terminal aferen primer dengan neuron sekunder di tanduk dorsal sumsum tulang belakang.

Proses ini melibatkan peningkatan aliran kalsium yang memicu pelepasan neurotransmitter seperti glutamat dan substansi P. Neurotransmitter ini mengaktifkan reseptor AMPA dan NMDA pada neuron sekunder, yang mengakibatkan peningkatan eksitasi dan penyesuaian jangka panjang pada pengaturan gen. Alhasil, neuron lebih mudah merespons rangsangan nyeri, sehingga memperkuat sensasi nyeri yang dialami oleh pasien.

Kondisi ini, yang dikenal sebagai “painful soup” atau “sup nyeri,” melibatkan berbagai molekul mediator seperti prostaglandin, sitokin, faktor neurotrofik yang berasal dari otak (BDNF), nitrogen monoksida, dan adenosin trifosfat (ATP). Semuanya berperan dalam memperkuat pesan nyeri yang diteruskan ke pusat-pusat otak yang lebih tinggi. Pengetahuan tentang proses ini memberikan wawasan yang lebih baik kepada fisioterapis dalam menangani nyeri kronis, sehingga mereka bisa mengurangi sensitisasi melalui teknik yang memodulasi aktivitas saraf.

Modulasi Opioid: Efek Presinaptik dan Postsinaptik dalam Pengendalian Nyeri

Salah satu komponen penting lainnya yang dibahas dalam penelitian ini adalah peran opioid dalam modulasi nyeri. Opioid bekerja pada tingkat presinaptik dan postsinaptik untuk mengurangi sensasi nyeri. Pada sisi presinaptik, opioid menghambat pelepasan neurotransmitter melalui penghambatan saluran kalsium, sedangkan pada sisi postsinaptik, mereka mengaktifkan saluran kalium sehingga terjadi hiperpolarisasi membran. Kombinasi efek ini mengakibatkan pengurangan sinyal nyeri yang diteruskan ke otak.

Penelitian ini juga menjelaskan mekanisme spesifik dari opioid, yaitu dengan membedakan sinyal yang dihasilkan oleh subunit protein Gα dan Gβγ. Protein Gα menekan aktivitas adenilat siklase, sementara protein Gβγ menghambat pembukaan saluran kalsium presinaptik.

Mekanisme ini menurunkan pelepasan neurotransmitter yang terkait dengan rasa nyeri, sehingga menekan nyeri secara keseluruhan. Dalam konteks fisioterapi, pengetahuan ini bermanfaat bagi penanganan nyeri yang disebabkan oleh peradangan kronis atau cedera jaringan lunak, di mana opioid dapat digunakan sebagai pelengkap dalam pengelolaan nyeri.

Tantangan dan Implikasi dalam Praktik Fisioterapi

Pemahaman tentang mekanisme biomolekular nyeri membuka peluang besar dalam terapi nyeri yang lebih efektif. Fisioterapis kini memiliki dasar ilmiah untuk merancang pendekatan terapi yang lebih efektif dalam mengurangi sensasi nyeri, baik melalui teknik manipulasi fisik maupun pendekatan neuromodulasi lainnya. Tantangan utama adalah bagaimana menggunakan pengetahuan ini secara aman dan efektif tanpa menyebabkan ketergantungan pada opioid atau efek samping lain yang merugikan.

Baca juga: Kuliah Tamu Fikes Umsida, Kupas Tuntas Mekanisme Biomolecular dalam Fisioterapi

Pendekatan non-farmakologis seperti terapi manual, terapi latihan, dan penggunaan modalitas fisik lainnya memiliki peran penting dalam meredakan nyeri tanpa ketergantungan. Selain itu, pemahaman tentang aspek emosional nyeri mengingatkan kita bahwa dukungan psikologis juga penting dalam penanganan nyeri kronis.

Penelitian ini juga membuka peluang untuk mengembangkan pendekatan berbasis bukti yang lebih kuat dalam fisioterapi. Mengingat bahwa nyeri tidak hanya sekadar sensasi, tetapi juga pengalaman yang melibatkan aspek fisik, emosional, dan psikologis, maka pendekatan terapi yang holistik sangat diperlukan.

Penelitian tentang mekanisme biomolekular nyeri ini memberikan pandangan baru bagi para fisioterapis dalam mengelola nyeri pasien. Dengan memahami jalur-jalur spesifik, mekanisme sensitisasi, dan peran modulasi opioid, fisioterapis bisa lebih strategis dalam menangani nyeri, khususnya bagi pasien dengan kondisi nyeri kronis. Implementasi pengetahuan ini dalam praktik sehari-hari akan membantu fisioterapis memberikan perawatan yang lebih tepat dan berfokus pada kebutuhan individual pasien, meningkatkan kualitas hidup mereka secara signifikan.

Sumber Arisandy Achmad MFis PhDPT(C)

Penulis: Ayunda H

Leave a Reply

Berita Terkini

turi putih
Mengungkap Pengaruh Ekstrak Bunga Turi Putih terhadap Keseimbangan Elektrolit Ginjal
October 14, 2025By
NYERI
Kompres Dingin Bantu Redakan Nyeri Carpal Tunnel Syndrome Secara Efektif
October 12, 2025By
workshop srikandi
FIKES UMSIDA Gelar Workshop SRIKANDI Hadirkan Inovasi Sistem Terpadu untuk Pengelolaan Praktikum Digital
October 10, 2025By
Elektronik
Rekam Medis Elektronik Tingkatkan Efisiensi Administrasi Kesehatan di Era Digital
October 3, 2025By
pembekalan
Pembekalan Profesi Bidan Umsida 2025 Siapkan Mahasiswa Jadi Tenaga Kesehatan Andal dan Humanis
September 29, 2025By
Fortama
Fortama Fikes Umsida 2025, Cetak Generasi Sehat, Tangguh, dan Siap Mengabdi
September 27, 2025By
kisi-kisi
Workshop Penyusunan Kisi-Kisi Fikes Umsida, Dorong Implementasi OBE yang Berkualitas
September 26, 2025By
kader posyandu
Kolaborasi ITS dan Umsida Perkuat Kader Posyandu untuk Generasi Sehat
September 24, 2025By

Prestasi

paramitha
Paramitha Amelia Peneliti Terbaik Umsida dengan Riset Aktivitas Fisik dan Risiko Depresi Remaja
September 21, 2025By
nurul
Nurul Azizah Dosen Kebidanan Umsida Torehkan Publikasi Scopus Terbaik Life Science
September 20, 2025By
widi arti
Widi Arti Dosen Fisioterapi Umsida Ungkap Kunci Sukses Jadi Peneliti Terbaik
September 17, 2025By
pangan
MIK Umsida Temukan Inovasi Pangan Lokal dan Digitalisasi untuk Cegah Stunting, Sukses Lolos RISTEKDIKTI 2025 Skema Pemberdayaan Masyarakat
September 10, 2025By
kilab
Kebidanan Umsida Sukses Lolos Kilab 2025 Kemdikti Saintek dengan Mannequin Akupresur Inovatif Berindikator LED dan Audio
September 5, 2025By
baik sekali
S1 Fisioterapi Umsida Raih Akreditasi Baik Sekali, Buktikan Keunggulan Pendidikan Fisioterapi
May 8, 2025By
Kespro
Mengangkat Isu Kespro Disabilitas, Mahasiswa Kebidanan Fikes Umsida Raih Juara 2 Lomba Poster Kesehatan
May 7, 2025By
Low Back Pain
Angkat Edukasi tentang Low Back Pain, Mahasiswa Fisioterapi Umsida Raih Juara Lomba
May 5, 2025By

Opini

mahasiswa baru
Simak Tips Mahasiswa Baru Fisioterapi dengan Cepat Beradaptasi
October 1, 2025By
latihan interval
Gaya Hidup Remaja dan Ancaman Penyakit Degeneratif, TLM Umsida Ungkap Fakta Mengejutkan
September 15, 2025By
R.I.C.E
Strategi Fisioterapi untuk Pemulihan Cedera Otot, Cara Cepat dan Tepat Kembali Berolahraga
September 1, 2025By
kurikulum
Implementasi Kurikulum Hybrid Rekam Medis, Upaya Meningkatkan Daya Saing Mahasiswa MIK Umsida di Era Digital
July 7, 2025By
Artikel ilmiah
Tangani Keseleo dengan Tepat, Intervensi Fisioterapi Cegah Risiko Cedera Kronis
July 6, 2025By