Fikes.umsida.ac.id – Penerimaan sistem informasi SIMPUS di kalangan tenaga kesehatan menjadi kunci dalam meningkatkan layanan puskesmas. Melalui pendekatan Technology Acceptance Model (TAM).
Baca Juga : Keamanan Data Pasien di Era Digital dan Peran Strategis Tenaga Manajemen Informasi Kesehatan di FIKES Umsida
Penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti dari Universitas Jenderal Achmad Yani, serta berkolaborasi dengan Fakultas Ilmu Kesehatan Uuniversitas Muhammadiyah Sidoarjo (Fikes Umsida) mengungkap bagaimana persepsi dan demonstrasi hasil sistem berpengaruh pada intensi serta penggunaan SIMPUS secara nyata.
Evaluasi Teknologi SIMPUS: Strategi Efisiensi Pelayanan Primer

Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) telah menjadi bagian penting dalam transformasi layanan kesehatan di tingkat primer. Meski sudah diterapkan sejak 2014 di Puskesmas Ngaglik I Sleman, belum seluruh unit mampu menerima sistem ini secara merata.
Penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti dari Universitas Jenderal Achmad Yani, termasuk dosen Fikes Umsida, Lailatul Rahmatul Ilmi, mengevaluasi penerimaan SIMPUS melalui pendekatan Technology Acceptance Model (TAM).
Model TAM sendiri mengacu pada dua indikator utama: perceived usefulness (manfaat yang dirasakan) dan perceived ease of use (kemudahan penggunaan). Studi ini menambahkan variabel eksternal seperti Job Relevance, Output Quality, Screen Design, dan Facilitating Conditions untuk menilai pengaruhnya terhadap intensi dan pemanfaatan sistem.
Hasil survei terhadap 50 tenaga kesehatan menunjukkan bahwa persepsi terhadap kemudahan penggunaan SIMPUS sangat dipengaruhi oleh result demonstrability, yakni seberapa jelas hasil penggunaan sistem terlihat dalam aktivitas kerja mereka. Tenaga kesehatan yang merasa hasil SIMPUS nyata mendukung pekerjaan mereka, cenderung lebih mudah menerima dan menggunakan sistem secara berkelanjutan.
Tantangan Implementasi: Antara Desain Layar dan Relevansi Kerja
Salah satu temuan penting dalam penelitian ini adalah lemahnya hubungan antara desain layar (screen design) dan intensi untuk menggunakan sistem. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun tampilan antarmuka penting, bukan menjadi penentu utama dalam penerimaan teknologi. Sebaliknya, kejelasan manfaat dan efektivitas SIMPUS justru lebih signifikan dalam mendorong penggunaan.
Begitu pula dengan job relevance atau relevansi sistem terhadap pekerjaan sehari-hari. Meskipun tenaga kesehatan mengakui bahwa SIMPUS membantu pencatatan data medis dan administratif, variabel ini tidak menunjukkan hubungan signifikan dengan kemudahan penggunaan. Ini mengindikasikan bahwa faktor-faktor teknis dan pelatihan pengguna menjadi elemen penting dalam mendorong adopsi sistem.
Kelemahan lain yang terungkap adalah lemahnya pengaruh niat untuk menggunakan (intention to use) terhadap penggunaan aktual (system use). Artinya, meskipun pengguna berniat menggunakan SIMPUS, belum tentu sistem tersebut digunakan secara optimal dalam praktik. Hal ini bisa disebabkan oleh minimnya fasilitas pendukung, seperti pelatihan rutin, infrastruktur teknologi, serta dukungan manajemen.
Rekomendasi dan Implikasi: Menuju Peningkatan Akseptabilitas SIMPUS
Penelitian ini menyarankan perlunya optimalisasi result demonstrability agar manfaat penggunaan SIMPUS dapat terlihat nyata oleh pengguna. Hal ini bisa dilakukan dengan memperbanyak sesi pelatihan berbasis studi kasus, menampilkan hasil input yang berdampak pada keputusan medis atau administratif, serta memfasilitasi pertukaran data antar unit dengan efisien.
Selain itu, penting bagi pengelola puskesmas dan Dinas Kesehatan untuk mempertimbangkan faktor facilitating conditions. Ini mencakup kemudahan akses perangkat, pemeliharaan sistem, hingga pembaruan software agar selaras dengan kebutuhan tenaga kesehatan. Dukungan organisasi terhadap pengguna SIMPUS menjadi salah satu determinan utama dalam penerapan sistem informasi yang berhasil.
Hasil dari penelitian ini turut mengafirmasi pentingnya keterlibatan pengguna (user involvement) dalam tahap desain dan implementasi sistem. Tenaga kesehatan yang merasa dilibatkan sejak awal akan lebih memahami cara kerja SIMPUS serta merasakan manfaatnya secara langsung dalam pelayanan pasien.
Melalui riset ini, dosen Fikes Umsida dan tim berhasil menunjukkan bahwa penerimaan sistem informasi seperti SIMPUS tidak bisa hanya mengandalkan teknologi canggih atau desain antarmuka yang menarik. Keterlihatan manfaat nyata dan kemudahan penggunaanlah yang menjadi kunci keberhasilan. Pendekatan TAM menjadi landasan kuat dalam mengembangkan strategi pelatihan, pengembangan sistem, serta manajemen perubahan di unit layanan kesehatan.
Penelitian ini bukan hanya memberi kontribusi ilmiah, tetapi juga mendukung visi Fakultas Ilmu Kesehatan Umsida dalam memperkuat branding sebagai kampus yang peduli pada transformasi digital di dunia kesehatan.
Sumber : Laili Rahmatul Ilmi
Penulis : Novia