fikes.umsida.ac.id-Kesiapan menstruasi bukan hanya perkara biologis, tetapi juga soal kesiapan mental, pengetahuan, dan dukungan lingkungan.
Baca Juga: Menstruasi Tidak Teratur pada Remaja Kenali Fakta dan Cara Mencegahnya
Di tengah maraknya informasi digital dan meningkatnya tuntutan kesehatan reproduksi sejak dini, penelitian dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Fikes Umsida) menggugah kesadaran pentingnya edukasi menstruasi menyeluruh, terutama bagi anak-anak usia sekolah dasar. Penelitian ini memperlihatkan bahwa pengetahuan saja tidak cukup untuk menjamin kesiapan menghadapi menarche atau haid pertama.
Kesiapan Menstruasi dan Pentingnya Edukasi Sejak Dini

Menstruasi pertama (menarche) adalah momen penting sekaligus penuh tantangan dalam kehidupan remaja putri. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Novia Putri Widyawati, Yanik Purwanti, dan Nurul Azizah dari Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), kesiapan menstruasi pada anak-anak usia sekolah dasar belum sepenuhnya optimal. Penelitian dilakukan pada siswi kelas VI di SDN Ngembe 1 Beji, Kabupaten Pasuruan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 siswi yang belum mengalami menarche, sebanyak 96,6% dikategorikan “siap” secara umum, namun hanya 36,6% yang memiliki pengetahuan baik tentang menstruasi. Mayoritas siswi memiliki pengetahuan dalam kategori “cukup” (53,3%) dan sebagian kecil dalam kategori “kurang” (10%).
Data ini mempertegas bahwa kesiapan menstruasi tidak semata ditentukan oleh pengetahuan. Banyak faktor lain yang berperan, seperti usia, dukungan keluarga (terutama ibu dan kakak perempuan), lingkungan pergaulan, serta informasi yang diperoleh dari sekolah dan media.
Ketimpangan Informasi dan Tantangan Psikologis
Penelitian ini mengungkap bahwa banyak siswi merasa takut dan cemas ketika membayangkan menstruasi. Hal ini disebabkan kurangnya informasi yang diperoleh secara tepat dan terbuka dari keluarga maupun sekolah. Dalam wawancara pendahuluan, ditemukan bahwa 14 dari 30 siswi menyatakan belum siap menghadapi menarche dan belum memahami proses alami tubuh mereka.
Ketidaksiapan menghadapi menstruasi bisa berdampak negatif, seperti:
-
Kesulitan menjaga kebersihan personal (personal hygiene)
-
Risiko infeksi saluran kemih (ISK)
-
Persepsi negatif terhadap menstruasi
-
Gangguan siklus menstruasi karena stres dan ketidaksiapan psikologis
Dosen FIKES Umsida menyatakan bahwa edukasi sejak dini adalah kunci utama. Tidak cukup hanya dengan menyampaikan informasi secara teoritis, tetapi juga dengan pendekatan empatik, visual, dan diskusi terbuka yang bisa menenangkan sekaligus mempersiapkan anak.
Arah Solusi dan Peran Stakeholder dalam Revolusi Kesiapan Menstruasi
Revolusi kesiapan menstruasi harus dimulai dari berbagai lini, tidak hanya oleh orang tua dan guru, tetapi juga oleh institusi kesehatan dan komunitas. Peneliti menyarankan beberapa pendekatan sebagai solusi jangka panjang:
-
Kolaborasi antara sekolah dan tenaga kesehatan
Bidan, perawat, dan tenaga pendidik dapat melakukan sosialisasi rutin di sekolah dasar, dengan konten yang disesuaikan usia. -
Pendidikan Kesehatan Reproduksi dalam Kurikulum Sekolah Dasar
Edukasi yang sistematis dan terintegrasi akan membantu anak-anak memahami perubahan tubuhnya tanpa rasa malu atau takut. -
Media Sosial dan Digital sebagai Kanal Informasi Positif
Perlu dikembangkan media edukatif visual dan interaktif untuk menarik minat anak dalam memahami menstruasi dengan benar. -
Peran Keluarga sebagai Support System Utama
Edukasi dan komunikasi terbuka di rumah dapat membangun rasa percaya diri anak menghadapi perubahan biologisnya.
Penelitian ini menjadi tonggak penting bagi Fikes Umsida dalam mendorong kesadaran kesehatan reproduksi sejak dini. Sebagai institusi pendidikan yang aktif dalam riset dan pengabdian, hasil studi ini menjadi bekal untuk mengembangkan program-program edukasi kesehatan yang lebih menyeluruh dan tepat sasaran.
Baca Juga: Tips Sehat Berpuasa untuk Ibu Menyusui agar ASI Tetap Lancar dan Berkualitas
Kesiapan menstruasi adalah isu fundamental dalam kesehatan reproduksi remaja. Riset Fikes Umsida menunjukkan bahwa meski sebagian besar remaja menunjukkan kesiapan secara umum, namun aspek pengetahuan masih minim dan tidak memiliki korelasi signifikan terhadap kesiapan secara mental dan psikologis.
Hal ini menjadi panggilan untuk semua pihak—sekolah, orang tua, tenaga kesehatan, dan media—untuk bersatu dalam menyampaikan edukasi kesehatan menstruasi yang benar, menyenangkan, dan mudah dipahami oleh anak. Dengan pendekatan holistik dan kolaboratif, revolusi kesiapan menstruasi bukan hanya jargon, melainkan langkah nyata untuk masa depan generasi perempuan Indonesia yang lebih sehat dan percaya diri.
Sumber: Novia Putri Widyawati
Penulis: Novia