sumber AI kontrasepsi

Regulasi Kontrasepsi bagi Remaja: Solusi atau Tantangan?

Fikes.umsida.ac.id – Indonesia terus menghadapi tantangan besar dalam isu kesehatan reproduksi, khususnya bagi kelompok remaja. Berdasarkan data yang dipaparkan dalam Kuliah Umum Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Fikes Umsida), angka perkawinan anak terus mengalami penurunan, dari 9,23% pada 2021 menjadi 6,92% pada 2023. Namun, meski tren ini menunjukkan kemajuan, isu pemenuhan akses terhadap alat kontrasepsi bagi remaja yang sudah menikah tetap menjadi sorotan penting.

Baca juga: Efektivitas Aromaterapi Lemon dalam Menurunkan Mual Muntah pada Ibu Hamil Trimester Pertama

Kematian ibu dan bayi di Indonesia masih tinggi, meski target RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) terus mendorong perbaikan. Pada 2023, Angka Kematian Ibu (AKI) mencapai 189 per 100.000 kelahiran hidup, sementara targetnya adalah 183. Selain itu, stunting juga menjadi perhatian besar, dengan prevalensi 17,7% di Jawa Timur, masih jauh dari target nasional sebesar 14%.

Namun, salah satu persoalan mendasar yang belum sepenuhnya teratasi adalah regulasi kontrasepsi, khususnya bagi pasangan usia subur (PUS) remaja.

sumber AI kontrasepsi

Sumber AI

Kontroversi Regulasi Alat Kontrasepsi: Pembatasan vs. Kebutuhan

Regulasi kontrasepsi di Indonesia diatur secara ketat. Berdasarkan Peraturan Kepala BKKBN Nomor 90 Tahun 2023, alat dan obat kontrasepsi hanya diperuntukkan bagi pasangan yang sudah menikah. Aturan ini sejalan dengan prinsip menunda kehamilan, menjarangkan, atau menghentikan kehamilan. Meskipun demikian, kebijakan ini menimbulkan dilema tersendiri. Remaja yang sudah menikah sering kali menghadapi hambatan dalam mengakses kontrasepsi, baik karena kurangnya edukasi maupun stigma sosial.

Penyesuaian aturan dalam rancangan Peraturan Menteri Kesehatan juga akan mencakup pemberian edukasi keluarga berencana yang disesuaikan dengan usia dan tahapan perkembangan remaja. Namun, apakah langkah ini cukup efektif untuk mengatasi masalah yang lebih mendasar, seperti keterbatasan akses dan persepsi negatif terhadap kontrasepsi?

Selain itu, data menunjukkan pentingnya pendidikan sebagai faktor utama dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Perempuan dengan pendidikan rendah memiliki risiko hingga 2,5 kali lipat mengalami komplikasi persalinan dibandingkan dengan mereka yang mengenyam pendidikan lebih dari 12 tahun. Oleh karena itu, kebijakan kontrasepsi harus didukung oleh program edukasi yang komprehensif dan mudah diakses.

Solusi Krisis Kesehatan Reproduksi Remaja

Berdasarkan pemaparan dalam kuliah umum, pemenuhan alat kontrasepsi (alkon) masih menjadi tantangan besar. Hanya 60% kebutuhan nasional pasangan usia subur yang dapat dipenuhi melalui anggaran BKKBN (APBN), sedangkan sisanya harus dipenuhi secara mandiri. Dalam konteks remaja, khususnya yang berasal dari keluarga dengan keterbatasan ekonomi, hal ini menjadi hambatan besar.

Pilihan kontrasepsi yang tersedia bagi remaja yang sudah menikah mencakup berbagai metode, seperti kondom, suntik progestin, pil kombinasi, hingga IUD. Namun, tanpa edukasi dan pendampingan yang memadai, penggunaan metode-metode ini berisiko tidak optimal. Oleh karena itu, tenaga kesehatan, khususnya bidan dan dokter, harus dilibatkan lebih aktif dalam memberikan informasi dan layanan yang ramah remaja.

Rekomendasi berikut dapat menjadi langkah konkret untuk memperbaiki situasi:

  1. Edukasi Kesehatan Reproduksi yang Komprehensif
    Materi tentang kontrasepsi harus disampaikan dengan pendekatan yang inklusif dan sesuai dengan kebutuhan remaja. Hal ini tidak hanya mencakup informasi teknis, tetapi juga menekankan pentingnya perencanaan keluarga untuk masa depan yang lebih baik.
  2. Peningkatan Aksesibilitas Layanan Kontrasepsi
    Penyediaan alat kontrasepsi harus lebih merata, terutama di daerah terpencil. Pemerintah juga perlu mempertimbangkan pemberian subsidi bagi remaja dengan status ekonomi rendah.
  3. Kolaborasi dengan Komunitas dan Institusi Pendidikan
    Sekolah dan universitas dapat menjadi mitra strategis dalam menyebarkan informasi terkait kontrasepsi dan kesehatan reproduksi. Pendekatan berbasis komunitas juga penting untuk mengurangi stigma sosial.
  4. Evaluasi Kebijakan Secara Berkala
    Regulasi yang ada harus terus dievaluasi berdasarkan data terbaru dan masukan dari berbagai pihak, termasuk remaja itu sendiri.

Baca juga: Faradiva Fannysyah Zahwa, Raih Gelar Wisudawan Terbaik D3 Fisioterapi Umsida Dengan IPK 3,94

Regulasi kontrasepsi bagi remaja merupakan langkah penting dalam memperbaiki kesehatan reproduksi di Indonesia. Namun, tantangan yang ada memerlukan upaya kolektif dari pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat. Edukasi yang komprehensif, peningkatan akses layanan, serta evaluasi kebijakan yang berkelanjutan adalah kunci untuk memastikan bahwa kebutuhan remaja terpenuhi tanpa mengabaikan nilai-nilai sosial dan budaya. Dengan demikian, Indonesia dapat mencapai target kesehatan reproduksi yang lebih baik dan berkelanjutan.

Penulis: Ayunda H

Berita Terkini

Fi-Fest
Fi-Fest 2025: Kolaborasi Meningkatkan Prestasi Mahasiswa di Fikes Umsida
May 17, 2025By
Analisis Gas Darah
Kuliah Tamu D4 TLM Umsida Angkat Tema Analisis Gas Darah untuk Tingkatkan Kompetensi Mahasiswa
May 10, 2025By
baik sekali
S1 Fisioterapi Umsida Raih Akreditasi Baik Sekali, Buktikan Keunggulan Pendidikan Fisioterapi
May 8, 2025By
Kespro
Mengangkat Isu Kespro Disabilitas, Mahasiswa Kebidanan Fikes Umsida Raih Juara 2 Lomba Poster Kesehatan
May 7, 2025By
Low Back Pain
Angkat Edukasi tentang Low Back Pain, Mahasiswa Fisioterapi Umsida Raih Juara Lomba
May 5, 2025By
IMATELKI
Kolaborasi HIMA D4TLM UMSIDA dan IMATELKI untuk Penguatan Relasi Mahasiswa Teknologi Laboratorium Medis
May 3, 2025By
Dismenore
Mengurangi Dismenore pada Remaja Indonesia: Efektivitas Obat Herbal Kunyit dalam Mengatasi Nyeri Menstruasi
April 27, 2025By
pelatihan poster
BEM FIKES Umsida Gelar Pelatihan Poster untuk Meningkatkan Kreativitas Mahasiswa dalam Kompetisi Ilmiah
April 26, 2025By

Prestasi

baik sekali
S1 Fisioterapi Umsida Raih Akreditasi Baik Sekali, Buktikan Keunggulan Pendidikan Fisioterapi
May 8, 2025By
Kespro
Mengangkat Isu Kespro Disabilitas, Mahasiswa Kebidanan Fikes Umsida Raih Juara 2 Lomba Poster Kesehatan
May 7, 2025By
Low Back Pain
Angkat Edukasi tentang Low Back Pain, Mahasiswa Fisioterapi Umsida Raih Juara Lomba
May 5, 2025By
profesi bidan
Mahasiswa Profesi Bidan Fikes Umsida Siap Menjadi Tenaga Kesehatan Profesional dengan 100% Kompeten
April 22, 2025By
Torehkan Prestasi Nasional! Dziya Ulhaq Mahasiswa Fisioterapi Umsida Raih Juara 1 Poster Edukasi Kesehatan Berbasis Visual dan Data
April 21, 2025By
doktor
Dosen FIKES Umsida Raih Gelar Doktor dalam Kebidanan dan Kesehatan Ibu-Anak, Siap Berkontribusi Lebih Besar untuk Dunia Pendidikan
March 5, 2025By
essay
Meraih Juara 2 Essay Ilmiah, Melalui Ajang Midwifery Student National Mahasiswa Fikes Siap Bersaing Tingkat Nasional
March 2, 2025By
Video Edukasi
Mahasiswi Fikes Umsida Sabet Juara 1 Lomba Video Edukasi Nasional di Midwifery Student Competition 2025
March 1, 2025By

Opini

Kesehatan Jantung
Mulailah Merawat Kesehatan Jantung Sejak Dini, Dosen Fikes Umsida Ungkap Untuk Hidup Sehat yang Lebih Lama
May 6, 2025By
Kesehatan Global
Menjawab Tantangan Kesehatan Global Lewat Inovasi dan Mutu Pendidikan FIKES Umsida
April 19, 2025By
Insomnia
UMSIDA Tawarkan Keunggulan Akupresure untuk Atasi Insomnia dan Cetak Bidan Profesional
April 18, 2025By
D4 MIK
Peran Strategis D4 MIK Umsida dalam Implementasi RME, Revolusi Digital Pelayanan Kesehatan Dimulai dari Sini!
April 17, 2025By
Laboratorium medis
Mengenal Lebih Dekat Prodi D4 Teknik Laboratorium Medis Umsida: Mencetak Ahli Diagnostik Berbasis Biomolekuler
April 14, 2025By