Fikes.umsida.ac.id – Digitalisasi sistem kesehatan semakin gencar dilakukan demi mewujudkan pelayanan medis yang cepat, akurat, dan efisien. Salah satu terobosan di bidang ini adalah penerapan aplikasi E-Visum di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan.
Penelitian terbaru dari Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Fikes Umsida), Diah Ayu Novita Sari dan Resta Dwi Yuliani , mengungkap evaluasi komprehensif atas kinerja aplikasi tersebut menggunakan metode HOT-Fit, yang mencakup aspek human, organization, technology, dan net benefit.
Hasilnya menjadi referensi penting bagi pengembangan sistem rekam medis elektronik (RME) yang lebih terintegrasi dan optimal.
Tantangan Penggunaan E-Visum dari Perspektif Pengguna

Evaluasi dimulai dari aspek human atau sumber daya manusia yang menggunakan aplikasi. Mayoritas dokter IGD dan penanggung jawab forensik merasa terbantu dengan kehadiran E-Visum dalam mendukung proses pengambilan keputusan medis.
Namun, penelitian menemukan bahwa pengguna harus melakukan “double entry” mengisi data pasien dua kali di E-Visum dan Telegram. Hal ini memperlihatkan bahwa sistem belum terintegrasi sepenuhnya dan menjadi beban tambahan bagi tenaga medis.
Keterbatasan lainnya adalah minimnya sosialisasi berkelanjutan yang mengakibatkan kurangnya familiaritas petugas terhadap fitur-fitur aplikasi.
Kurangnya kedisiplinan dalam menginput data juga menjadi sorotan penting. Evaluasi menunjukkan bahwa penggunaan sistem ini belum sepenuhnya diimbangi oleh pembiasaan kerja dan tanggung jawab yang merata.
Kondisi ini sejalan dengan pernyataan informan penelitian:
“Kami sebagai pengguna aplikasi E-Visum merasa terbantu, tapi memang harus input dua kali, di aplikasi dan di Telegram grup dokter forensik” Ungkap salah satu informan.
Dukungan Organisasi yang Positif namun Masih Perlu Penguatan SOP
Aspek kedua dari evaluasi HOT-Fit yaitu organization. Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan menunjukkan dukungan organisasi yang cukup baik melalui penyediaan dana pengadaan aplikasi dan keterlibatan manajemen dalam pengembangan teknologi pelayanan. Hubungan kerja antartim juga terbilang kondusif, menunjang ekosistem penerapan sistem informasi di rumah sakit.
Namun demikian, masih ditemukan celah berupa ketiadaan SOP (Standar Operasional Prosedur) yang baku serta kurangnya evaluasi rutin terhadap kinerja sistem. Hal ini menyebabkan kurang optimalnya pengawasan, sehingga masih ada tenaga medis yang tidak konsisten dalam menggunakan aplikasi sebagaimana mestinya.
Hal ini ditekankan oleh salah satu responden dalam wawancara menjelaskan “Saat awal aplikasi visum ini diluncurkan, kami sempat sosialisasi via Zoom, tapi saya belum tahu apakah ada SOP tertulis yang jelas atau tidak.”
Kondisi ini menunjukkan perlunya pembaruan kebijakan dan pengawasan lebih ketat dari manajemen agar E-Visum bisa digunakan secara optimal sesuai tujuannya.
Evaluasi Teknologi dan Manfaat Nyata bagi Efisiensi Layanan
Dari sisi technology, aplikasi E-Visum telah menunjukkan kualitas sistem yang baik dalam hal akurasi data dan keamanan akses. Aplikasi ini hanya dapat digunakan oleh dokter IGD, dokter forensik, dan satu petugas rekam medis—hal ini memberikan jaminan keamanan dan kerahasiaan data pasien.
Namun, sistem belum memenuhi aspek efisiensi secara menyeluruh karena tidak terintegrasi dengan platform Telegram yang menjadi jalur komunikasi internal dokter. Akibatnya, petugas harus menginput data dua kali, yang tentu mengurangi efisiensi kerja dan membuka peluang terjadinya kesalahan input.
Meskipun begitu, aplikasi ini dinilai memberikan net benefit yang signifikan. Berdasarkan wawancara dengan para dokter, E-Visum terbukti lebih efisien dibandingkan pencatatan manual, karena proses dokumentasi menjadi lebih cepat dan rapi. Aplikasi ini juga membantu menekan tingkat kesalahan dalam pelayanan visum.
“Dari yang tadinya nulis manual sekarang tinggal ketik di komputer, jauh lebih efisien dan minim salah,” ujar salah satu informan.
Baca Juga : Siapkan Mahaiswa Melek Teknologi dan Siap Hadapi Era Digitalisasi
Secara keseluruhan, hasil evaluasi dengan pendekatan HOT-Fit menyimpulkan bahwa aplikasi E-Visum di RS Muhammadiyah Lamongan telah memberikan manfaat nyata dalam meningkatkan kualitas layanan visum. Meski begitu, masih diperlukan pengembangan teknis seperti integrasi sistem, penegakan SOP, serta edukasi berkelanjutan bagi tenaga medis pengguna aplikasi.
Penelitian ini menjadi kontribusi penting dari dosen Fikes Umsida dalam bidang digitalisasi layanan kesehatan, sekaligus bukti nyata peran institusi akademik dalam mendukung inovasi pelayanan rumah sakit syariah di Indonesia.
Sumber : Resta Dwi Yuliani
Penulis : Novia