fikes.umsida.ac.id- Genistein adalah senyawa alami dari kedelai atau juga bisa disebut Isoflavon Kedelai yang kini menjadi perhatian dalam dunia kesehatan reproduksi. Penelitian menunjukkan bahwa Genistein memiliki kemampuan menekan peradangan dan menghambat pertumbuhan jaringan endometriosis, sebuah kondisi yang sering menyebabkan nyeri kronis dan gangguan kesuburan. Dibandingkan dengan terapi konvensional yang sering memiliki efek samping, Isoflavon Kedelai menawarkan solusi yang lebih aman dan alami.
Sebagai institusi yang berkomitmen dalam inovasi kesehatan, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Fikes Umsida) mendukung penelitian yang bertujuan untuk menemukan solusi terapi yang lebih baik bagi penderita endometriosis. Dengan publikasi riset seperti ini, diharapkan masyarakat semakin sadar akan pentingnya penelitian ilmiah dalam mengembangkan pengobatan yang lebih efektif dan berkelanjutan. Bagaimana cara kerja Genistein dan apa manfaatnya bagi kesehatan reproduksi wanita? Simak ulasan lengkapnya di sini!
Baca Juga: Peran Edukasi dan Asupan Gizi Seimbang dalam Pencegahan Stunting di Desa Sukosari
1. Memahami Endometriosis dan Tantangan Pengobatannya
Endometriosis adalah kondisi ginekologis yang sering kali menyebabkan nyeri kronis dan gangguan kesuburan pada wanita. Meskipun bukan kanker, penyakit ini memiliki karakteristik invasif yang menyerupai keganasan. Penyebab pasti endometriosis masih belum sepenuhnya dipahami, namun faktor inflamasi dan sistem imun diduga berperan penting dalam perkembangannya. Salah satu biomarker utama yang terkait dengan peradangan dalam endometriosis adalah interleukin-1β (IL-1β), sitokin pro-inflamasi yang memicu pertumbuhan jaringan endometriosis dan memperburuk gejalanya.
Terapi konvensional untuk endometriosis umumnya menggunakan obat hormonal dan prosedur bedah, yang sayangnya memiliki efek samping signifikan dan sering kali hanya memberikan perbaikan sementara. Oleh karena itu, penelitian terus dilakukan untuk mencari alternatif terapi yang lebih aman dan efektif. Salah satu kandidat yang menarik perhatian para ilmuwan adalah genistein, senyawa alami yang ditemukan dalam kedelai dan dikenal memiliki sifat antiinflamasi serta antioksidan.
2. Genistein dan Perannya dalam Menekan Peradangan Endometriosis

Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Evi Rinata yang merupakan dekan Fikes Umsida dan tim dari Universitas Brawijaya menguji efektivitas genistein dalam menurunkan kadar IL-1β pada kultur sel endometriosis. Studi ini dilakukan secara eksperimental di laboratorium dengan menggunakan sampel jaringan endometriosis dari pasien yang menjalani laparoskopi. Sel-sel endometriosis dibagi menjadi beberapa kelompok dan diberikan perlakuan dengan berbagai dosis genistein (5–50 µmol/L) serta diuji dalam berbagai durasi inkubasi (6, 24, dan 48 jam).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian genistein mampu menurunkan kadar IL-1β secara signifikan. Pada dosis tertinggi (50 µmol/L) dengan waktu inkubasi 48 jam, kadar IL-1β turun secara maksimal hingga mencapai 112,98 pg/mL, jauh lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol yang memiliki kadar 258,46 pg/mL. Tren penurunan kadar IL-1β juga konsisten pada semua kelompok perlakuan, dengan efek yang semakin kuat seiring dengan meningkatnya dosis dan lamanya waktu inkubasi.
Penemuan ini mengindikasikan bahwa genistein memiliki potensi besar sebagai agen terapi bagi penderita endometriosis. Dengan sifatnya yang bekerja sebagai Selective Estrogen Receptor Modulator (SERM), genistein dapat berperan sebagai antiestrogen pada jaringan endometriosis, sehingga menghambat pertumbuhan jaringan abnormal dan meredakan peradangan.
3. Peluang Genistein sebagai Alternatif Terapi Masa Depan

Dibandingkan dengan terapi hormonal konvensional yang memiliki risiko efek samping seperti perubahan suasana hati, kenaikan berat badan, dan osteoporosis, genistein menawarkan alternatif yang lebih alami dan minim risiko. Senyawa ini tidak hanya memiliki efek antiinflamasi yang kuat, tetapi juga bekerja dengan cara yang lebih selektif dalam menekan aktivitas estrogen pada jaringan yang mengalami gangguan, tanpa mengganggu fungsi estrogen di bagian tubuh lain yang membutuhkannya.
Meskipun penelitian ini masih bersifat laboratorium, hasil yang diperoleh memberikan harapan baru bagi dunia medis, khususnya dalam pengelolaan endometriosis. Langkah selanjutnya adalah melakukan uji klinis untuk mengkonfirmasi efektivitas dan keamanan genistein pada pasien endometriosis secara langsung.
Sumber: Pemberian Genistein pada Kultur Sel Endometriosis dalam Menurunkan Kadar
Interleukin-1β