Fikes.umsida.ac.id – Di tengah eskalasi penyakit infeksi baru dan meningkatnya beban kesehatan akibat gaya hidup modern, tenaga laboratorium medis memegang peran penting dalam mengidentifikasi dan menanggulangi masalah kesehatan secara akurat dan cepat.
Hal ini menjadi fokus utama pemaparan Prof Dr Sridarmawati, M Si dalam Seminar Ilmiah Nasional Mahasiswa TLM (SINEMSI) 2025 yang digelar oleh Program Studi D4 Teknologi Laboratorium Medis Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Fikes Umsida) secara daring pada Jumat (20/06/2025).
Dengan pengalaman sebagai asesor LAM-PTKes dan akademisi bidang bioteknologi, Prof. Sri mengupas secara kritis urgensi peningkatan kompetensi biomolekuler dan hematologi sebagai bekal utama mahasiswa TLM dalam menghadapi realitas dunia kerja dan tantangan layanan kesehatan nasional.

Tantangan Diagnostik di Daerah 3T dan Penyakit Infeksi Tak Tuntas
Prof. Sridarmawati mengawali materinya dengan membedah fenomena lambannya eliminasi penyakit infeksi, terutama di daerah 3T. Menurutnya, masih banyak wilayah yang mengalami keterbatasan fasilitas kesehatan, rendahnya kesadaran masyarakat, hingga kurangnya tenaga laboratorium yang terampil. Hal ini menyebabkan banyak penyakit infeksi menular tidak tertangani dengan tepat waktu.
Mutasi mikroorganisme juga memperumit deteksi penyakit infeksi. Metode konvensional yang bersifat umum sering tidak memadai untuk mengidentifikasi patogen yang telah bermutasi. Akibatnya, waktu, tenaga, dan biaya yang dikeluarkan menjadi lebih besar. Hal ini bukan hanya berdampak pada pasien secara individu, tetapi juga memberikan tekanan besar terhadap sistem jaminan kesehatan nasional.
Salah satu contoh konkret adalah varian HIV X, yang semakin sulit dikendalikan karena keterbatasan alat diagnosis molekuler di tingkat layanan dasar dan belum meratanya pemahaman masyarakat tentang penularannya.
Ancaman Kanker dan Beban Sosial Gaya Hidup Modern
Selanjutnya, selain membahas terkait deteksi penyakit infeksi Prof. Sri membahas kanker sebagai penyebab kematian nomor dua secara global. Ia menyoroti bahwa peningkatan angka kejadian kanker sangat dipengaruhi oleh perubahan gaya hidup yang semakin tidak sehat. Konsumsi junk food, paparan polusi udara dan plastik, hingga gaya hidup minim aktivitas turut menyumbang meningkatnya beban kanker di Indonesia.
Selain itu, deteksi dini kanker masih rendah, terutama di masyarakat dengan akses terbatas terhadap layanan laboratorium dan pemeriksaan biomolekuler. Di sisi lain, terapi kanker yang efektif sering kali tidak terjangkau bagi mayoritas pasien, memperparah ketimpangan dalam sistem layanan kesehatan.
Dosen Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Semarang tersebut menekankan bahwa lulusan TLM memiliki posisi strategis dalam memberikan solusi: sebagai analis yang bertanggung jawab terhadap akurasi hasil laboratorium, mereka bisa mendorong diagnosa dini, meringankan beban sistem kesehatan seperti BPJS, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Kompetensi Utama TLM dan Arah Transformasi Laboratorium Medis
Prof. Sri kemudian merinci lima kompetensi yang wajib dikuasai mahasiswa TLM agar mampu bersaing dan berkontribusi dalam sistem layanan kesehatan berkelanjutan:
-
(1) Adaptasi teknologi mutakhir
Mahasiswa harus mampu mengoperasikan dan memahami sistem laboratorium berbasis molekuler, automated analyzer, dan bioinformatika. -
(2) Penguasaan hematologi dan biomolekuler serta kendali mutu
Proses pra-analitik, analitik, dan post-analitik harus dikuasai secara menyeluruh agar setiap hasil laboratorium dapat dipertanggungjawabkan. -
(3) Penggunaan Sistem Informasi Laboratorium (SIL)
Mahasiswa perlu terbiasa mengelola data laboratorium secara digital untuk percepatan proses diagnosis dan komunikasi lintas tim medis. -
(4) Pemahaman jaminan mutu dan akreditasi nasional
Mahasiswa diharapkan dapat berperan aktif dalam proses akreditasi laboratorium, memahami regulasi nasional, serta menjadi mitra klinisi yang terpercaya. -
(5) Kolaborasi lintas sektor dan antarprofesi
Kolaborasi menjadi kunci layanan kesehatan modern yang integratif. Mahasiswa harus mampu menjalin koordinasi dengan tenaga medis lain, manajemen, dan bahkan pembuat kebijakan.
Baca Juga : Riset Fikes Umsida Ungkap Daun Pisang Efektif Membunuh Larva Nyamuk Aedes Aegypti
Materi yang dibawakan Prof. Sridarmawati tidak hanya menekankan pada keterampilan teknis, tetapi juga menegaskan peran strategis mahasiswa TLM sebagai pilar layanan kesehatan yang akurat, efisien, dan berbasis bukti.
Melalui SINEMSI 2025 yang telah digelar oleh D4 TLM Umsida membekali para mahasiswa TLM terkait deteksi penyakit infeksi dan kanker, dimana peran TLM mempunyai keterkaitan yang erat. Di era penyakit kompleks dan gaya hidup destruktif, lulusan TLM bukan sekadar pelaksana teknis, tetapi mitra utama dalam pengambilan keputusan klinis. Dengan penguasaan hematologi dan biomolekuler yang kuat, mereka menjadi garda terdepan dalam mendiagnosis dan menanggulangi penyakit sejak tahap paling awal.
Penulis : Novia