fikes.umsida.ac.id – Biologi molekuler kini bukan hanya bagian dari laboratorium penelitian tingkat tinggi, tetapi juga mulai menyentuh ruang-ruang kelas dan praktik siswa sekolah menengah kejuruan.
Baca Juga: Optimalisasi Knowledge Sharing untuk Tingkatkan Kinerja Bisnis Perguruan Tinggi
Di tangan para dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Fikes Umsida), pendekatan ini dimanfaatkan untuk memperkuat pendidikan kesehatan berbasis pelayanan dengan fokus pada deteksi Toksoplasmosis. Riset ini tak hanya meningkatkan keterampilan siswa, tetapi juga membuka cakrawala baru dalam deteksi penyakit berbasis DNA secara cepat, akurat, dan terjangkau.
Biologi Molekuler untuk Pendidikan dan Deteksi Dini Toksoplasmosis

Riset yang dilakukan oleh dosen Fikes Umsida, yakni Miftahul Mushlih, Puspitasari, Sitti Nur Qablyatin Syabandia, Wa Ode Asma`Ul Husna Huesein, dan Andika Aliviameyta, berfokus pada integrasi biologi molekuler dalam pendidikan laboratorium medis. Mereka menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis pelayanan (service learning) untuk mengenalkan metode diagnosis penyakit melalui deteksi Toxoplasma gondii kepada siswa SMK Teknologi Laboratorium Medik (TLM).
Kegiatan berlangsung di bulan Maret 2023 dan melibatkan 24 siswa dari SMK Mitra Sehat, Sidoarjo. Peserta mendapatkan pelatihan langsung berupa ekstraksi DNA dari sampel fases kucing liar, identifikasi gen B1 melalui metode PCR, dan visualisasi hasil menggunakan elektroforesis gel agarosa. Semua ini dilakukan di bawah supervisi dosen dan asisten terlatih.
Peningkatan pengetahuan siswa diukur melalui pre-test dan post-test. Hasilnya menunjukkan peningkatan signifikan dari skor 32,1% menjadi 80,4%, yang menandakan efektivitas metode ini dalam meningkatkan kemampuan dan pemahaman siswa.
Sampel hingga Diagnostik Akurat
Metodologi riset ini sangat sistematis. Tahap awal dimulai dari preparasi sampel fases kucing yang dimungkinkan mengandung Toxoplasma gondii. Dengan teknik larutan NaCl dan proses sentrifugasi, Toxoplasma dapat dipisahkan dari material lain, lalu dilanjutkan dengan isolasi DNA menggunakan metode resin.
Proses Polymerase Chain Reaction (PCR) menjadi tahap kunci dalam pengujian. PCR dilakukan dengan mencampur DNA hasil isolasi dengan primer dan komponen lain di dalam thermocycler. Kemudian, hasil PCR dianalisis menggunakan gel agarosa 1% untuk memastikan adanya pita DNA sepanjang 319 bp yang menandakan keberadaan Toxoplasma gondii.
Hasilnya, 5 dari 6 sampel menunjukkan keberhasilan deteksi, membuktikan bahwa metode ini dapat digunakan sebagai alat diagnostik yang cepat, akurat, dan bisa direplikasi di lingkungan pendidikan menengah atau masyarakat.
Kontribusi Fikes Umsida dalam Peningkatan SDM Kesehatan
Riset mengenai biologi molekuler bukan hanya memperkuat kurikulum SMK, tapi juga menjadi bukti nyata bahwa biologi molekuler memiliki potensi besar untuk diintegrasikan dalam pendidikan menengah sebagai upaya deteksi dini penyakit. Deteksi penyakit berbasis genetik ini sangat relevan dalam konteks pencegahan penyakit menular seperti Toksoplasmosis, terutama karena dampaknya pada ibu hamil dan janin.
Fikes Umsida melalui program ini juga menunjukkan perannya dalam pengabdian masyarakat, khususnya dalam transfer ilmu yang aplikatif dan kontekstual. Harapannya, lulusan SMK TLM yang telah mendapatkan pelatihan ini akan lebih siap bersaing di dunia kerja dan mampu menerapkan pengetahuan berbasis teknologi canggih sejak dini.
Baca Juga: Logam Berat dan Dampaknya pada Nelayan Indonesia serta Peran Gaya Hidup Sehat dalam Menguranginya
Melalui riset ini, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo menunjukkan bahwa pendidikan medis modern tak harus terbatas pada bangku kuliah. Pendekatan biologi molekuler sebagai alat edukasi mampu meningkatkan daya saing siswa SMK, memberikan solusi deteksi dini penyakit secara akurat, dan memperkuat kolaborasi lintas jenjang pendidikan.
Sumber: Miftahul Mushlih
Penulis: Novia